Rabu 02 Nov 2016 15:46 WIB

Pasukan Bersorban Polri Jangan Sampai Jadi Provokator

Rep: rahmat fajar/ Red: Damanhuri Zuhri
Ribuan massa Ormas Islam melakukan longmarch menuju Bareskrim dan kemudian di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta, Jumat (14/10).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ribuan massa Ormas Islam melakukan longmarch menuju Bareskrim dan kemudian di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta, Jumat (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri telah mempersiapkan pengamanan demo “Bela Islam II” pada 4 November nanti. Salah satunya mempersiapkan pasukan bersorban dan peci putih dengan melafalkan asmaul husna saat melakukan pengamanan pendemo.

Pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar menilai, tidak menjadi persoalan jika hal tersebut bertujuan mengamankan dan mendeteksi provokator. Namun, Bambang mengingatkan polisi bersorban dan berpeci putih tersebut agar tidak menjadi provokator.

“Kalau menjadi provokator, merusak, bertentangan dengan tugas pokoknya yang harus melindungi demonstran yang berjalan baik dan tertib,” ujar Bambang kepada Republika, Rabu (2/11).

Kalimat asmaul husna yang akan dibacakan polisi di tengah-tengah para demonstran, ungkap Bambang, cukup memengaruhi psikologis pendemo. Hal tersebut juga dapat meredam dari tindakan anarkistis.

Sorban dan peci putih yang akan digunakan polisi nanti harus tetap ditampilkan juga identitas dirinya sebagai anggota polisi. Penggunaan atribut tersebut, menurut Bambang, merupakan sebuah penyamaran yang dilakukan polisi.

Bambang menegaskan, tindakan anggota Polri di lapangan harus sesuai dengan prosedur. “Kalau yang dilakukan bertentangan dengan tugas pokoknya justru akan menjadi bumerang,” kata Bambang.

Seperti diketahui, umat Islam akan melakukan demo di depan Istana Presiden 4 November nanti terkait dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Mereka menuntut agar proses hukum mantan Bupati Belitung Timur itu dipercepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement