Rabu 02 Nov 2016 07:42 WIB

Eks Menkopolhukam: Jokowi Tersandera dan Dilema dalam Kasus Ahok

Rep: C62/ Red: Bayu Hermawan
Tedjo Edhy Purdijatno (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Rendra Purnama
Tedjo Edhy Purdijatno (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan ribu umat dan anggota Ormas Islam siap menggelar aksi unjuk rasa terkait kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Massa mendesak aparat penegak hukum segera menuntaskan kasus tersebut.

Mantan Menkopolhukam Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan seandainya terjadi sesuatu pada saat unjuk rasa 4 November mendatang adalah tanggungjawab presiden sebagai kepala pemerintah sekaligus kepala negara.‎

"Yang mengadu domba rakyat adalah justru pemimpin negara sendiri yang tidak bisa menjaga persatuan bangsa dan tidak mampu memimpin bangsa ini," kata Tedjo dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (2/11).

Tedjo yang pernah menjabat menteri Jokowi selama 10 bulan ini mengatakan ‎semua orang tahu bahwa umat muslim Indonesia tidak memusuhi agama dan etnis lain.

"Tapi ingin agar Ahok yang telah menista Alquran diproses hukum, namun selalu dilindungi oleh pemerintah," ujarnya.

Kata Tedjo‎ walaupun para ulama telah dipanggil ke istana, itu sudah terlambat untuk meredam aksi demo karena tetap tidak mengubah niat para umat muslim untuk membatalkan demo dan tuntutannya.

Ia melanjutan, dalam kasus ini Presiden Joko Widodo mengalami dilema dan seolah tersandera. Sementara kasus Ahok terus bergulir membesar bak bola salju.

Seharusnya kata Tedjo mantan Walikota Solo itu tidak membela kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tj Purnama.

"Apapun alasannya, mengapa stabilitas keamanan dikorbankan hanya untuk membela seorang Ahok," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement