REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) Joserizal Jurnalis mengimbau, massa yang akan menjalankan aksi pada 4 November 2016 untuk tetap tenang seandainya mendengar tembakan. Saat terdengar tembakan, massa jangan berlari dan dihimbau melakukan tiarap.
"Jika terjadi penembakan, tetap tenang, lakukan tiarap, jangan lari. Setelah keadaan tenang, baru bantu korban. (Belajar dari kejadian Maidan Square, Kiev, Ukraina)," kata Joserizal dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (1/11).
Selain itu, saat demo berlangsung, tim medis akan berjaga di titik-titik strategis. Tim medis tersebut ada yang sigap berkeliling mencari massa yang memerlukan perawatan, ada juga yang tinggal di tenda-tenda yang telah disediakan.
Untuk menjaga kebugaran, massa juga dihimbau untuk cukup tidur dalam satu atau dua hari sebelum aksi dijalankan. Massa aksi juga dihimbau untuk sarapan pagi yang cukup terlebih dahulu. Untuk berjaga dari rasa lapar, Joserizal mengimbau massa aksi menyiapkan bekal berupa kurma dan air minum yang akan lebih baik jika dicampur madu.
"Jangan terima makanan dan minuman dari sumber tidak jelas untuk menghindari hal yang tidak diinginkan," terang Joserizal.
Massa juga diimbau untuk mentaati koordinator lapangan selama menjalankan aksi. Massa juga disarankan untuk tidak terpancing provokator, dan menyerahkan sang provokator ke aparat keamanan.
Joserizal menyarankan mengawasi gedung-gedung tinggi di sekitar tempat demo untuk memastikan adanya sniper atau tidak. "Jika curiga ada sniper, koordinasikan dengan aparat keamanan," ucap Joserizal.
Seperti diketahui, ribuan orang yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) rencananya akan melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara pada 4 November 2016. Aksi yang dilakukan tiada lain untuk mendesak kepolisian agar secepatnya menangkap Ahok terkait dugaan penistaan Alquran.