Ahad 23 Oct 2016 11:06 WIB

Penjelasan Nusron Tentang Al Maidah 51 dan Perbedaannya dengan MUI

Nusron Wahid
Foto:

Nusron mengatakan, pendapat ulama itu tidak tunggal. Pendapat MUI belum tentu sama dengan ulama sepuh, termasuk dalam surat Al Ma'idah. "MUI beda dengan guru-guru saya," tuturnya.

"Salah satu guru saya waktu ngaji tafsir al Ibriz--dalam bahas Jawa--awliya dimaknai "bolone", bukan "pemimpin". Bolo itu lawan katanya musuh."

Pengertian bolo dan musuh berarti turunnya ayat ini dalam suasana perang. Sebab dalam situasi damai, tidak ada bolo dan musuh. Semua saudara

"Di Indonesia sekarang kita dalam situasi apa? Perang atau damai? Bukankah ulama-ulama kita sudah memilih darussalam (negara perdamaian & keselamatan," jelasnya. "Bukan darul Islam (negara agama) dan  bukan darul harbi (negara perang). Lantas kenapa kita buat kodifikasi ayat seakan-akan perang?"

Indonesia itu negara damai. Menurutnya, mengapa berimajinasi seakan-akan dalam kondisi perang dengan menempatkan Ahok "musuh" dan anti Ahok "bolo"?

Ahok, kata Nusron, juga lahir di tanah yang sama, makan dan minum di tanah dan sumber yang sama.  Indonesia negeri damai berdasar Pancasila.

"Karena damai berarti saudara kita. Karena Pancasila dua punya hak yang sama dengan kita.  Kenapa kita ingin perang di negeri damai?," tuturnya.  "Bagi yang gak suka denga Ahok silakan enggak usah dipilih. Tapi jangan paksakan tafsir dengan kebenaran tunggal. Apalagi lembaga tunggal: MUI."

Ia berpendapat, mayoritas umat Islam terganggu dengan pembenaran tafsir tunggal yang tidak qoth'i. Wallahu A'lamu bimuraadihi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement