Kamis 20 Oct 2016 15:14 WIB

Mabes Polri Antisipasi Kedatangan Anggota ISIS Asal Indonesia

Rep: Mabruroh / Red: Angga Indrawan
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Boy Rafli Amar memberikan keterangan pers kepada wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad (31/7). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Boy Rafli Amar memberikan keterangan pers kepada wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad (31/7). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasukan Irak dan militer Amerika melakukan penyerangan besar-besaran ke kota terbesar kedua di Irak, Mosul. Mosul diduga sebagai tempat yang dikuasai oleh ISIS telah diserang pada Senin (20/10) lalu.

Menteri Pertahanan Malaysia mengatakan diperkirakan ribuan anggota ISIS akan kembali ke negaranya masing-masing atau mencari perlidungan di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu pihaknya pun semakin memperketat pengamanan negaranya untuk menghindari adanya penyelundupan. 

Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan aparat kepolisian pun akan memperketat pengamanan. Termasuk, kata dia, pengamanan di bandara dan daerah-daerah perbatasan. Misalnya, kata Boy, di daerah perbatasan di Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.

Boy juga berujar saat ini basis ISIS memang melekat di Asia Tenggara sebagai lokasi perjuangan mereka, sehingga Indonesia pun patut mewaspadai dampak dari serangan di Mosul itu. "Saya kira harus waspada kan tujuannya bukan hanya untuk melakukan itu di sana tapi juga harus diwaspadai ketika merancang serangan di kawasan Asia Tenggara termasuk di Indonesia," jelasnya.

Saat ditanyakan berapa aparat yang ditambahkan di lokasi-lokasi perbatasan tersebut, Boy mengaku di wilayah perbatasan sudah ada petugas-petugas khusus yang berjaga. "Di kawasan perbatasan sudah ada petugas-petugas khusus," ujarnya. 

Yang terpenting saat ini, lanjutnya, adalah bagaimana menghentikan pengaruh kelompok tersebut pada generasi muda Indonesia. Pasalnya Indonesia merupakan negara mayoritas Islam terbesar di dunia sehingga Indonesia diduga sebagai negara yang sangat berpotensi untuk dipengaruhi paham-paham radikal.

"Jangan sampai kita terjebak kepada konflik kekerasan yang terjadi di luar negeri yang menginginkan Indonesia seperti itu, karena Indonesia termasuk negara yang umat agama Islam terbesar di dunia. Mereka pikir kita menjadi negara yang berpotensi dipengaruhi menganut faham kekerasan, radikal, teroris yang mereka lakukan itu. Penguatan pada bangsa yang perlu dilakukan agar tidak mudah terpengaruh terhadap kondisi itu," terangnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement