Kamis 13 Oct 2016 22:12 WIB

ITS Bentuk Tim Penelitian Gempa Bumi

Rep: Binti Sholikah/ Red: Winda Destiana Putri
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember--ITS--, Surabaya
Foto: ITS
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember--ITS--, Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membentuk tim penelitian terkait potensi gempa bumi di Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur. Hal ini menindaklanjuti hasil penelitian Tim Gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menyimpulkan adanya sesar aktif yang dikenal sebagai Sesar Kendeng, dan pergerakan 5 mm per tahun di patahan ini.

Peneliti Geologi dari ITS, Amien Widodo, mengatakan, jalur patahan ini melewati kawasan ITS, Jl Arief Rahman Hakim, Jl Mayjend Sungkono, hingga ke Kabupaten Bojonegoro. "Karena melewati Surabaya maka ini semestinya harus menjadi keprihatinan kita bersama. Kami berinisiatif untuk melakukan penelitian ulang, sehingga bisa menyimpulkan sebenarnya seperti apa pergeserannya," jelas Amien seusai acara Diskusi Terfokus Gempa Surabaya dan Sekitarnya, di gedung Rektorat ITS, Kamis (13/10).

Menurutnya, berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan risiko gempa bumi di Jatim relatif kecil. Kegempaan terjadi hampir tiap bulan dengan skala 3 - 4 di Klangon Saradan. Data gempa bumi pada tahun 1836 mengguncang Ploso Jombang dengan skala intensitas VII-VIII MMI (Mercally Modified Intensity). Selain itu, gempa yang terjadi di Pasuruan tahun 1889 (VI MMI), Rembang-Surabaya (VII MMI). Kasus terbaru, gempa dangkal yg terjadi pada 10 September 2007. Meski skalanya relatif kecil, sekitar 4,9 SR, gempa tersebut merontokkan 234 rumah di tiga kecamatan, yakni Asembagus, Banyuputih dan Jangkar Kabupaten Situbondo.

Untuk skala intensitas MMI ini, skala I-II tidak dirasakan atau hanya dirasakan beberapa orang. Skala III-IV dirasakan, skala VI mengakibatkan kerusakan ringan, skala VII-VIII mengakibatkan  kerusakan sedang, serta skala IX-XII mengakibatkan kerusakan berat.

"Data BMKG menyebutkan ini masih sangat kecil potensinya, memang tidak harus untuk ditakuti. Tapi ada hasil penelitian ini, kalau diam kita keliru," ujarnya.

Nantinya, selain meneliti pergerakan tanah, para peneliti juga akan melakukan asessment (penilaian) terhadap bangunan-bangunan maupun kondisi tanah. Selanjutnya hasil penelitian akan memberikan rekomendasi terkait langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi potensi yang terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement