Rabu 05 Oct 2016 19:30 WIB

'Program Konservasi di Banjarnegara Harus Terus Berlanjut'

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Fernan Rahadi
Suasana kondisi hulu sungai Cikamiri yang rusak akibat hujan deras di Pasirwangi, Kabupaten Garut. Salah satu pemicu banjir bandang di Kabupaten Garut dikarenakan area hulu sungai Cikamiri rusak terkena longsor sertt alih fungsi lahan konservasi menjadi pe
Foto: Mahmud Muhyidin
Suasana kondisi hulu sungai Cikamiri yang rusak akibat hujan deras di Pasirwangi, Kabupaten Garut. Salah satu pemicu banjir bandang di Kabupaten Garut dikarenakan area hulu sungai Cikamiri rusak terkena longsor sertt alih fungsi lahan konservasi menjadi pe

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA –- Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno menyatakan, siapapun yang terpilih menjadi bupati dan wakil bupati Banjarnegara dari pilkada 2017, seyogyanya tetap memprioritaskan kelanjutan program konservasi lahan yang saat ini sedang terus dilaksanakan.

''Kita bisa jadi memiliki banyak uang atau kaya raya. Namun untuk apa jika lingkungan rusak. Untuk apa semua kekayaan itu, bila setiap kali hujan deras yang terjadi longsor hingga kemudian menyebabkan timbulnya korban.'' jelasnya.

Untuk itu, wabup yang dalam pilkada mendatang akan maju sebagai calon bupati Banjarnegara ini, menyatakan program konservasi seharusnya tetap dilanjutkan oleh siapa pun bupati/wakil bupati yang kelak terpilih. Hal ini mengingat wilayah Banjarnegara yang berbukit-bukit dan rawan atas terjadinya bencana longsor.

Menurutnya, salah satu program unggulan yang telah ditetapkan Bupati Sutedjo Slamet Utomo dan dirinya sebagai Wabup, adalah mencanangkan Kabupaten Banjarnegara sebagai Kabupaten Konservasi. Salah satu realisasinya, dilakukan dengan melibatkan kalangan pelajar, dimana pada setiap musim ajaran baru, pihak sekolah mewajibkan siswa barunya untuk membawa dan menanam satu pohon tanaman keras. 

Lebih dari itu, kata Wabup, komitmen itu juga diterjemahkan secara langsung dengan penanaman berjuta-juta pohon konservasi dari beragam varietas di berbagai wilayah lahan kritis di Banjarnegara dan disahkannya perda DAS yang pertama di Indonesia. 

''Kita kemudian juga menyelanggarakan kegiatan sosialisasi yang dibungkus dengan kegiatan budaya dan pariwisata berupa Festival Serayu serta Kongres Sungai Indonesia pertama. Seluruh kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong keterlibatan semua kalangan dalam masalah konservasi,'' katanya.

Selain masalah konservasi, Wabup juga menyebutkan, program pembangunan lain yang juga perlu dilanjutkan adalah masalah pengembangkan pendidikan vokasi. ''Salah satu yang sudah kita lakukan, adalah dengan masuknya mata pelajaran muatan lokal pembuatan dawet ayu yang sudah masuk kurikulum. Meski terlihat sederhana, namun keterampilan Dawet ayu yang indigineus atau asli Banjarnegara bisa memberikan lapangan pekerjaan,'' katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement