REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Populi Institute, Nona Evita, mengatakan pemilih perempuan di Provinsi DKI Jakarta lebih kritis dan rasional. Karena itu, pengaruh figur pasangan calon (paslon) yang rupawan belum tentu dapat mempengaruhi sisi psikologis para pemilih perempuan.
Berdasarkan penelitian Populi Institute, sebagian besar perempuan warga DKI Jakarta berpendidikan akhir SMA dan perguruan tinggi. Adapun pekerjaan mayoritas mereka adalah ibu rumah tangga.
"Meski ibu rumah tangga, pemilih perempuan cenderung lebih rasional dalam menentukan pilihan calon pemimpin. Mereka pun kritis melihat sisi pengalaman, kemampuan dan visi serta misi para Paslon," ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (29/9).
Karena itu, masuknya figur Paslon yang memiliki wajah rupawan dinilai tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pilihan perempuan di DKI Jakarta. Namun, jika figur tersebut memiliki visi dan misi yang dinilai konstruktif bagi masyarakat, bukan tidak mungkin jika nantinya mampu meraih simpati pemilih perempuan.
Nona melanjutkan, isu-isu ekonomi, utamanya harga kebutuhan pokok akan menjadi perhatian penting oleh para pemilih perempuan. Sebab, isu tersebut dekat dengan keseharian mereka. Selain itu, isu-isu populer seperti kemacetan dan banjir juga menjadi fokus perhatian para ibu rumah tangga.
Secara umum, Nona juga memberikan tiga gambaran karakter pemilih perempuan dalam Pilkada DKI Jakarta. Pertama, para perempuan masih menginginkan figur pria sebagai pemimpin daerahnya. Meski lebih moderat, lanjut dia, pengaruh budaya patriarki masih menjadi pertimbangan para perempuan. Hal tersebut didukung dengan karakter kedua, yakni kondisi sosial ekonomi Jakarta yang kompleks.
"Pemimpin Jakarta tidak mungkin bersifat zero enemy. Karena itu, perlu sosok tegas, berpengalaman, mampu menjadi pengambil keputusan yang baik dan tetap berpihak untuk masyarakat," katanya.
Terakhir, perempuan di Jakarta lebih mampu melihat kualitas yang ada pada setiap paslon. Mereka dinilai tidak akan terpengaruh dengan partai politik yang mengusung para paslon.