REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Riset Populi Center, Usep Achyar mengatakan, pemilih mengambang (swing voters) dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 masih relatif tinggi. Menurutnya, para swing voters masih menunggu gagasan dan juga misi serta visi dari ketiga pasangan calon (paslon) yang bertarung.
"Terakhir survei kami, angka untuk swing voters masih tinggi, sekitar 15-25 persen. Maka ketiga paslon, Ahok-Djarot, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, harus memanfaatkan tingginya swing voters tersebut," ujarnya, Rabu (28/9).
Achyar melanjutkan, dengan masih tingginya angka pemilih mengambang, maka posisi calon pejawat di Pilkada Jakarta bisa dikatakan masih belum aman. Sebab, jika dua calon lainnya bisa memanfaatkan celah dan meraup tingginya suara dari swing voters, maka bukan tidak mungkin Ahok-Djarot akan kalah.
Ia menjelaskan, pemilih mengambang di Pilkada DKI Jakarta tidak terpengaruh pada Parpol yang mengusung paslon. Namun yang akan memengaruhi keputusan swing voters adalah visi dan misi, gagasan, serta program yang ditawarkan oleh paslon. "Mereka (swing voters) akan melihat gagasan salah satu paslon, dan memutuskan mana yang akan mereka pilih," ucapnya.
Achyar menambahkan, Ahok-Djarot sebagai paslon pejawat bisa kembali meraih kemenangan, jika bisa menawarkan gagasan baru. Terlebih, paslon pejawat sudah mempunyai modal.
"Masyarakat DKI Jakarta yang masih memilih paslon Ahok-Djarot karena kepuasan kinerja kedua pejabatan itu. Kemudian, juga masih ada pemilih yang sudah menentukan pilihannya tapi masih belum mantap, dan mereka berpotensi untuk mengubah pilihannya. Jadi Pilgub DKI Jakarta ini perang terbuka, belum ada yang aman," jelasnya.