Rabu 28 Sep 2016 06:40 WIB

Warga Bukit Duri akan Gelar Demo Budaya di Tengah Penggusuran

Rep: Muhyiddin/ Red: Dwi Murdaningsih
  Alat berat sudah berada di lokasi penggusuran di kawasan Kampung Melayu Kecil, Bukit Duri, Jakarta, Selasa (27/9).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Alat berat sudah berada di lokasi penggusuran di kawasan Kampung Melayu Kecil, Bukit Duri, Jakarta, Selasa (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggusuran Kampung Bukit, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan akan dilakukan Rabu (28/9) pagi ini sekitar pukul 07.00 WIB. Di tengah-tengah penggusuran itu, warga akan menggelar aksi damai bertema 'Demo Budaya Bukit Duri Tak Jera'.

Ketua Komunitas Ciliwung Merdeka, Sandyawan Sumardi sebagai pendamping warga mengatakan, tujuan diadakannya kegiatan aksi damai tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa kekerasan yang dilawan dengan kekerasan tidak menghasilkan perdamaian.

"Hal ini pula yang membuat kami gigih menolak sikap Pemprov DKI yang de facto dalam melakukan penggusuran paksa cenderung mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan kejahatan," ujar Sandy saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (28/9).

LBH Jakarta: Rencana Penggusuran Bukit Duri Penuh Intimidasi

Dalam acara demo budaya tersebut, warga akan mengibarkan bendera merah-putih di setiap rumah yang akan dirobohkan oleh buldozer dan robot satpol PP. Kemudian, juga akan ada berbagai macam spanduk bertuliskan 'Bukit Duri Menggugat', 'Dari Bukit Duri ke Balai Kota dan Istana', 'Rakyat Bermartabat, Pemprov DKI Bermuslihat', 'Aksi Damai Tanpa Kekerasan', 'Tanah Merdeka', 'Ciliwung Nyawa Kita', dan sebagainya.

Tidak hanya itu, warga juga akan menyediakan satu mobil Sound System/Loud Speaker, lengkap dengan peralatan, pemain musik, dan paduan suara yang akan mengajak warga Bukit Duri dan massa pendemo untuk ikut aktif bernyanyi dengan bergandengan tangan dengan lagu nasional.

Menurut Sandy, nantinya akan ada aksi penyerahan bunga anti kekerasan kepada aparat penggusur gabungan yaitu satpol PP, Polisi dan Militer. Kemudian, dilanjutkan dengan orasi perwakilan berbagai elemen, penyerahan award 'Gubernur Tukang Gusur', serta melakukan doa bersama.

Sandy mengatakan, selama ini Pemprov DKI selalu menggunakan aksi kekerasan dalam melakukan penggusuran. Kata dia, penggusuran Kampung Pulo dan Luar Batang adalah bukti kegagalan tindakan penggusuran dengan kekerasan sebagai pilihan kebijakan pembangunan Pemprov DKI di era gubernur Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).

"Kekerasan yang dilawan dengan kekerasan hanya akan membuat keadaan lebih buruk. Meski jalan anti-kekerasan tak dapat mengatasi semua aksi kekerasan secara langsung, namun cara ini (demo budaya) kami yakin dapat mengubah secara perlahan pelaku dan bentuk kejahatan itu," kata Sandy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement