Selasa 27 Sep 2016 10:31 WIB

Balitbangtan Kembangkan Teknologi Benih Bawang Merah di 7 Lokasi

Aktivitas pedagang bawang di Pasar Bawang, Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah. (iustrasi) (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Aktivitas pedagang bawang di Pasar Bawang, Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah. (iustrasi) (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) tahun ini mengembangkan teknologi benih biji bawang merah (TSS) pada dataran tinggi di tujuh provinsi bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Daerah yang menjadi pengembangan teknologi tersebut adalah Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan dengan supervisi teknologi dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa).

Direktur Perbenihan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf mengatakan pada 2024 nanti harus mampu menyediakan TSS dari varietas bawang yang disukai petani, seperti Bima Brebes, Biru Lancor, dan Batu Ijo. Beragam varietas diuji coba dalam pengembangan tersebut antara lain Bima Brebes, Trisula, Pancasona, Biru Lancor, Batu Ijo, Ketamonca, Superphilip dan Agrihort 1 serta Agrihort 2. Pada akhir tahun nanti, sudah dapat diketahui lokasi-lokasi yang sesuai untuk produksi TSS, dan teknologi produksinya telah dikuasai oleh BPTP tersebut.

Pekan lalu berlangsung panen TSS di Kebun Percobaan (KP) Gurgur, di Kabupaten Tobasa, Sumatra Utara. Di KP Gurgur, yang merupakan salah satu lokasi uji coba, menghasilkan 60 kilogram (kg) per 2.000 meter persegi atau setara 300 kg per hektare (ha) biji bawang merah varietas Trisula. Hasil ini dinilai menggembirakan, yang didukung oleh keunggulan lokasi.

Keunggulan tersebut meliputi ketinggian lokasi sekitar 1.175 mdpl, suhu rata-rata 17-29 derajat celsius, dengan kelembaban rata-rata 85,4 persen dan curah hujan rata-rata 223 mm, dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 759 mm dan terendah pada bulan Mei sebesar 93 mm.

Selain itu, keberadaan lebah sebagai pollinator karena sekitar 6 ha dari KP Gurgur ditanami kopi. Produksi TSS terbaik hanya pada musim kemarau dan memerlukan waktu hampir empat bulan. Balitbangtan bersama Direktorat Jenderal Hortikultura pun bersama-sama melakukan diseminasi pengunaan TSS untuk secara bertahap mengganti benih umbi menjadi biji dalam penyediaan benih bawang merah nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement