Jumat 23 Sep 2016 16:06 WIB

Koalisi Kekeluargaan Pecah di Pilgub DKI, Ini Jawaban PAN

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Bilal Ramadhan
Tujuh partai besar yang menamakan dirinya Koalisi Kekeluargaan mengadakan pertemuan menghadapi Pilkada DKI Jakarta  2017.
Foto: MGROL76
Tujuh partai besar yang menamakan dirinya Koalisi Kekeluargaan mengadakan pertemuan menghadapi Pilkada DKI Jakarta  2017.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno menjelaskan alasan partai pendukung non-Ahok tidak satu suara mengusung calon cagub-cawagub DKI Jakarta. Menurut Eddy, masing-masing partai memiliki pendapat berbeda yang sulit disatukan.

Terlebih, kata Eddy, setiap partai juga sudah memiliki jagoan untuk diusung pada Pilkada nanti. Namun, setelah dibicarakan dengan partai lain, tidak ada titik temu. Sehingga keputusan berbeda harus diambil antara koalisi Cikeas yang terdiri dari PKB, PPP, PAN dan Partai Demokrat dengan Partai Gerindra-PKS.

“Mungkin karena pandangan dan strategi berbeda, tentu tidak bisa memaksakan untuk bermitra,” ujar Eddy saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (23/9).

Eddy juga tidak bisa menanggapi lebih jauh terkait beberapa pihak yang kecewa terkait keputusan partai non-pendukung Ahok yang tidak bersatu. Eddy menegaskan, karena pendapat masing-masing partai tidak bisa disatukan.

Partai koalisi poros Cikeas memutuskan mengusung Agus Harimurti Yudhotono-Sylviana Murni. Nama pasangan ini cukup mengejutkan publik karena selama ini tidak santer muncul ke publik dibandingkan nama lainnya seperti Yusril Ihza Mahendra, Anies Baswedan, dan Sandiaga Uno.

Eddy menilai pasangan ini dapat saling mengisi dan melengkapai. Sebab, Agus sendiri merupakan anak muda cerdas dengan pengalaman di militer. Sementara Sylviana merupakan seorang birokrat yang memiliki riwayat panjang mulai dari Kasatpol PP, Walikota Jakarta Pusat dan kini Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement