Senin 19 Sep 2016 14:46 WIB

Sertifikasi Bantu Ekspor Kerajinan Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nur Aini
Produk kerajinan UMKM.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Produk kerajinan UMKM. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sertifikasi hasil kerajinan di Bali dinilai membantu industri yang didominasi usaha mikro kecil menengah (UMKM) ini menembus pasar ekspor. Gubernur Provinsi Bali, Made Mangku Pastika mengatakan pasar ekspor saat ini menerapkan aturan ketat dalam menerima hasil kerajinan, khususnya yang berbahan dasar kayu.

"Kerajinan kayu misalnya, pasar hanya mau menerima hasil kerajinan yang bahan dasarnya bukan dari praktik pembalakan liar yang merusak lingkungan," kata Pastika, Senin (19/9).

Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) aktif melakukan sosialisasi dan memfasilitasi pengrajin untuk mengurus sertifikasi produk mereka. Sepanjang semester pertama tahun ini, sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga menjadi tumpuan ekspor nonmigas Bali.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Bali, Made Suastika mengatakan nilainya mencapai 290,58 juta dolar AS atau setara Rp 3,77 triliun atau setara 62 persen dari total nilai ekspor setempat. Industri kecil di Bali menghasilkan devisa hingga 76,93 juta dolar AS dan kerajinan tangan skala industri rumah tangga 103,136 juta dolar AS. "Ada 17 komoditas hasl industri kerajinan Bali yang menembus pasar luar negeri," katanya.

Hasil kerajinan kayu didominasi patung dan cenderamata berbahan dasar kayu. Ini menghasilkan devisa terbesar, mencapai 48,30 juta dolar AS. Berikutnya kerajinan perak (10,889 juta dolar AS), furnitur (10,12 juta dolar AS), dan logam (7,66 juta dolar AS). Disperindag Bali mengutamakan sosialisasi terhadap aturan yang berlaku internasonal untuk meningkatkan ekspor nonmigas produk kerajinan Bali, khususnya yang berbahan kayu. Hal ini penting dilakukan karena aturan ekspor impor memiliki beberapa aturan berupa kemudahan dan larangan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Adi Nugroho menambahkan ekspor kerajinan berbahan dasar kulit juga tinggi. HIngga semester pertama tahun ini, ekspor kerajinan kulit asal Bali mencapai 790,06 juta dolar AS.

"Jepang menjadi pasar terbesar yang menyerap kerajinan ini, 46,17 persen atau 790,06 juta dolar AS," ujarnya.

Negara berikutnya yang menjadi pasar besar para pengrajin kulit Pulau Dewata adalah Singapura (8,19 persen), Hong Kong (6,85 persen), Prancis (5,08 persen), Belanda (2,25 persen), Australia (2,02 persen), dan Jerman (0,82 persen). Jenisnya berupa sepatu, sandal, tas, ikat pinggang, dan jaket kulit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement