Sabtu 10 Sep 2016 00:12 WIB

'Sebetulnya Ada Apa di Belakang Arcandra, Pak Presiden?'

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Foto siluet mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Foto siluet mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR Komisi I, Elnino M. H Mohi cukup heran dengan nama Arcandra Tahar yang santer dikabarkan kembali ditarik menjadi Menteri ESDM. Anggota DPR dari Fraksi Gerindra ini lantas mempertanyakan sebenarnya ada apa dengan Arcandra.

"Sebetulnya ada apa ya dengan Arcandra, pak Presiden? Atau ada apa di belakang Arcandra?" ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (9/9).

Menurutnya, jika Arcandra dijadikan menteri lagi oleh Presiden Jokowi, maka presiden seolah tidak peduli dengan perasaan publik yang sangat nasionalis. Sebab, kasus Arcandra membuat mereka tersinggung dengan  dwikewarganegaraannya.

"Sudah tahu dia dulu pernah jadi warga negara AS, tetap saja mau dipaksain duduk di jabatan yang sangat strategis," kata dia. Apalagi, lanjutnya, kini prosedur WNI-nya didapatkan secara instan.

Cara ini menurutnya menciderai rasa nasionalisme masyarakat. Sebab, ketika publik menolak Arcandra, itu karena rasa nasionalisme. Saat itu rakyat tersinggung oleh Arcandra yang punya dua kewarganegaraan.

"Publik menolaknya bukan sekadar melanggar aturan, tapi karena menyinggung perasaan warga negara yang cinta sama NKRI," kata dia.

Kemudian, ketika Presiden Jokowi memberhentikan Arcandra dari menteri. Opini yang terbentuk waktu itu adalah presiden juga tersinggung sama persis seperti kebanyakan publik di Indonesia.

Sehingga saat itu, menurutnya, pemberhentian Arcandra mewakili ketersinggungan publik. Namun kini setelah Arcandra mendapatkan status WNI dengan cepat, kemudian santer kembali menjabat sebagai Menteri ESDM. Maka wajar bila publik mempertanyakan ada apa dengan Arcandra.

"Apakah Presiden Jokowi saat memberhentikan hanya pura-pura ikut-ikutan tersinggung? padahal bisa jadi sebenarnya sedang bermain dalam administrasi hukum," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement