Jumat 02 Sep 2016 23:44 WIB

Elektabilitas Ahok Anjlok, Penantang Ahok Melonjak

Sejumlah aktivis menggelar aksi penggalangan petisi menolak dukungan terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk kembali dicalonkan dalam pilkada 2017 di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (28/8).
Foto: Antara/ Akbar Nugroho Gumay
Sejumlah aktivis menggelar aksi penggalangan petisi menolak dukungan terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk kembali dicalonkan dalam pilkada 2017 di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta terus menurun. Penurunan ini disebabkan sejumlah faktor, di antaranya kinerja yang tak optimal dan pembawaan diri yang kontroversial.

“Menurut pengakuan responden banyak persoalan di DKI Jakarta yang dianggap tidak mampu diselesaikan. Selain itu banyak kontroversi personality Ahok yang berkembang di media dan media sosial,” kata Direktur Riset Lembaga Survey Politik Indonesia Julpan Haris dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (2/9).

Julpan mengatakan penurunan elektabilitas Ahok selaras dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap persoalan kemacetan yang tak usai, isu korupsi yang melibatkan Ahok seperti kasus reklamasi, Rumah Sakit Sumberwaras, dan rusun Cengkareng..

Saat elektabilitas Ahok melorot, hal terjadi sebaliknya terhadap nama-nama penantang Ahok seperti Yusril Ihza Mahendra, Rismaharani, dan Sandiaga Uno. Elektabilitas mereka justru meningkat.  Yusril Ihza Mahendra mengalami kenaikan meski tidak signifikan. Demikian juga dengan Sandiaga Uno yang sudah disusung oleh Gerindra. Nama Risma yang paling banyak dianggap sebagai lawan potensial Ahok juga tidak mengalami kenaikan signifikan. Hal ini karena responden beralasan PDIP belum memberi kepastian soal pencalonan Risma.

Julpan mengatakan dari hasil simulasi empat nama calon gubernur DKI Jakarta Ahok dipilih oleh sebanyak 35 persen responden. Kemudian disusul Yusril Ihza Mahendra sebesar 30,4 persen, Rismaharani 11,2 persen, dan Sandiaga Uno 5,8 persen, sedangkan angka yang belum memutuskan sebesar 17,6 persen..

Angka-angka tersebut berbeda dengan hasil simulasi yang dilakukan LSPI sebelumnya. Dalam survei sebelumnya Ahok mendapatkan 36,2 persen, Yusril 28,6 persen, Risma 9,4 persen, dan Sandiaga Uno 3,1 persen. “Demikian pula pada data top of mind, Ahok cenderung terus turun, sementara penantangnya cenderung naik,” kata Julpan.

Survey LSPI dilakukan pada tanggal 22-28 Agustus 2016 dengan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel 440 responden, dengan margin of error sebesar 4.8% pada tingat kepercayaan 95%. Penggalian data dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung oleh tim surveyor yang terlatih.‎

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement