Selasa 23 Aug 2016 00:48 WIB

BPBD Sebut Masih Perlu Bantuan Hujan Buatan di Kalbar

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Esthi Maharani
Titik panas kebakaran hutan di Kalimantan.
Foto: ANTARA
Titik panas kebakaran hutan di Kalimantan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), ATT Nyarong mengatakan jumlah titik panas (hotspot) di wilayahnya mengalami penurunan sejak Ahad (21/8). Meski demikian, pihaknya masih menanti kedatangan bantuan hujan buatan dari pemerintah pusat.

"Jumlah titik panas mengalami penurunan cukup drastis. Sejak Ahad hingga Senin (22/8) pagi, tercatat ada 57 titik panas di seluruh wilayah Kalbar," ungkap Nyarong ketika dihubungi Republika, Senin (22/8).

Data tersebut, tutur dia, berdasarkan sensor satelit Terra dan Aqua sejak Ahad malam. Berdasarkan pantauan, jumlah titik panas tertinggi berada di lima wilayah, yakni Kabupaten Sambas (29 titik), Kabupaten Kubu Raya (delapan titik), Kabupaten Mempawah (enam titik), Kabupaten Bengkayang (lima titik) dan Kabupaten Kapuas Hulu (empat titik).

Nyarong melanjutkan, penurunan jumlah titik panas di Kalbar disebabkan turunnya hujan pada beberapa hari terakhir. Sebelumnya, jumlah titik panas di Kalbar mencapai 636 titik pada Jumat (19/8) lalu. Pada Kamis (18/8), jumlah titik panas di Kalbar tercatat sebanyak 447 titik.

Meski titik panas menurun secara signifikan, Nyarong menegaskan pihaknya masih menanti bantuan hujan buatan maupun water bombing dari pemerintah pusat. Pihak Pemprov Kalbar, kata dia, telah mengirimkan permohonan resmi bantuan hujan buatan kepada BNPB pekan lalu.

Menurut dia, hujan buatan sangat dibutuhkan untuk mengatasi kemungkinan naiknya jumlah hotspot. Sebab, pembakaran lahan mineral dan potensi kebakaran lahan gambut di Kalbar masih tinggi.

"Akibat pembakaran itu, mualitas udara di Kalbar secara umum juga masih berstatus tidak sehat. Kami cukup beruntung karena hujan alami turun sebelum bantuan hujan buatan tiba," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement