Senin 22 Aug 2016 05:28 WIB

Survei: Tingkat Keterpilihan Ahok Menurun karena Inkonsisten

Gubernur DKI Jakarta sekaligus Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berpidato dalam acara Halal Bihalal bersama Teman Ahok di Posko Teman Ahok, Jakarta, Rabu (27/7).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Gubernur DKI Jakarta sekaligus Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berpidato dalam acara Halal Bihalal bersama Teman Ahok di Posko Teman Ahok, Jakarta, Rabu (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pernah berjanji untuk tidak mengkhianati Teman Ahok dengan memilih jalur independen demi ikut Pilgub DKI 2017. Nyatanya, Ahok kini berbalik arah dengan maju diusung koalisi Partai Nasdem, Hanura, dan Golkar. Ahok juga mengurungkan niat menggandeng Heru Budi Hartono sebagai pendampingnya.

Berbagai sikap inkonsistensi Ahok itu ternyata berimplikasi pada elektabilitasnya. Dukungan terhadap kandidat pejawat tersebut terus menurun, meski tetap tertinggi dibandingkan calon lawannya.

Survei Manilka Research and Consulting periode 6-11 Agustus 2016, dengan sampel 440 responden yang dipilih dengan metode acak bertingkat, yang tersebar di enam wilayah DKI, yaitu Jakarta Utara, Selatan, Barat, Timur, Pusat, dan Kepulauan Seribu, mengungkap penurunan dukungan masyarakat terhadap Ahok.

Survei tersebut memiliki eror sekitar 4,7 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Managing Director Manilka Herzaky Mahendra Putra mengatakan, tingkat popularitas Ahok di mata responden mencapai 98,9 persen. Namun, tingkat kesukaan responden terhadap Ahok mengalami penurunan, yakni dari 62,5 persen (Juni 2016) menjadi 56,1 persen (Agustus 2016). 

Pun dengan tingkat keterpilihan Ahok juga mengalami penurunan dari 49,3 persen (Juni 2016) menjadi 43,6 persen (Agustus 2106). “Sebanyak 47,7 persen responden menyatakan Gubernur Ahok tidak konsisten yang akhirnya memilih maju melalui jalur partai politik di Pilkada DKI Jakarta 2017,” kata Herzaky di Jakarta, Ahad (21/8).

Menurut Herzaky, kekecewaan responden terhadap keputusan Ahok yang memilih jalur parpol semakin diperkuat dari hasil simulasi pemilihan paket kandidat cagub dan cawagub jika Pilgub DKI digelar saat ini. Berdasarkan hasil simulasi dua paket kandidat Ahok-Djarot S Hidayat melawan Tri Rismaharini-Sandiaga S Uno (Risma-Sandi), tingkat keterpilihan kedua paket kandidat seimbang, yakni sebesar 20,9 persen. Semantara, responden yang mengatakan masih ragu sebanyak 45,2 persen dan tidak jawab sebanyak 13 persen.

Gambaran serupa juga terlihat dari simulasi dua paket kandidat antara Ahok-Djarot dengan Sandiaga-Yusuf Mansur. Kalau Pilgub DKI digelar hari ini, sebanyak 24,1 persen responden akan memilih Ahok-Djarot dan 14,8 persen lainnya memilih Sandi-Yusur Mansur. Adapun, responden yang menyatakan masih ragu sebanyak 46,8 persen dan tidak menjawab sebesar 14,3 persen.

Survei Manilka juga mencoba membuat simulasi tiga paket kandidat antara Ahok-Heru Budi Hartono, Risma-Budi Waseso, dan Sandi-Yusuf Mansur. Hasilnya, Ahok-Heru 21,1 persen, Risma-Buwas 12,5 persen, dan Sandi-Yusuf Mansur 11,8 persen. Sementara, yang masih ragu sebesar 43,7 persen dan tidak menjawab sebesar 10,9 persen. “Belum jelasnya paket kandidat cagub-cawagub DKI juga turut memengaruhi sikap pemilih yang masih belum menentukan sikapnya saat ini,” tutur Herzaky.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement