REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Jembatan penghubung antardesa di Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut ambruk. Peristiwa tersebut terjadi setelah hujan mengguyur wilayah Tarogong selama dua hari berturut-turut.
Komandan Koramil Tarogong, Kapten Sutopo mengatakan, sebelum jembatan ambruk, hujan mengguyur kawasan Tarogong Kaler sejak Sabtu (13/8). Pada Ahad (14/8) sekitar pukul 14.30 WIB jembatan yang terletak di Kampung Cilame, Desa Sukajadi, Kecamatan Tarogong Kaler ambruk.
"Jembatan yang ambruk tersebut menghubungkan antara Desa Sukajadi dengan Panjiwangi," kata Kapten Sutopo kepada Republika, Senin (15/8).
Akibat peristiwa tersebut, dikatakan Kapten Sutopo, warga tidak bisa menyebrang. Mereka harus menggunakan jalur lain yang lebih jauh jaraknya. Menurutnya, panjang jembatan yang ambruk sekitar 8 meter.
"Saat kejadian tidak ada warga sedang melintas di atas jembatan sehingga tidak ada yang menjadi korban jiwa maupun luka-luka," ujarnya.
Sekitar satu jam sebelumnya, dinding tembok penahan tanah (TPT) di jalan Desa Padahurip, Kecamatan Banjarwangi juga ambruk akibat longsor. Dinding TPT yang ambruk sepanjang 10 meter. Akibatnya badan jalan selebar 1,5 meter rusak.
Kepala Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, TB Agus Sofyan mengatakan, akses jalan warga dari setiap dusun di Padahurip jadi terganggu. Sebelum terjadi longsor yang merusak TPT, menurutnya, hujan telah mengguyur kawasan tersebut selama tiga hari terakhir.
"Akibat TPT ambruk, jalan yang biasanya bisa dilintasi kendaraan roda empat, kini hanya bisa dilewati oleh sepeda motor dan pejalan kaki saja," jelas Agus.
Ia menerangkan, jarak lokasi longsor dengan permukiman warga cukup jauh. Berdasarkan hasil pantauan BPBD, longsor tersebut tidak mengancam jiwa. BPBD pun mengimbau masyarakat yang untuk lebih hati-hati saat beraktivitas di lokasi yang berpotensi longsor.