Rabu 10 Aug 2016 17:15 WIB

Pengamat: Buwas Berpeluang Diusung Koalisi Tujuh Partai

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Bilal Ramadhan
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso (Antara/Zabur Karuru)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tujuh partai politik pada awal pekan ini sepakat membentuk Koalisi Kekeluargaan guna menghadapi Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017. Namun demikian, hingga hari ini belum ada pengumuman tentang nama kandidat gubernur yang bakal diusung oleh koalisi tersebut.

Pengamat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago berpendapat, parpol-parpol yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan saat ini sepertinya masih memperhitungkan sosok yang mereka rasa benar-benar pas untuk dijadikan penantang pejawat Basuki T Purnama alias Ahok pada Pilkada mendatang.

"Koalisi ini tampak begitu berhati-hati. Mereka tidak langsung mengumumkan pasangan calonnya saat koalisi terbentuk," ujar Pangi kepada Republika.co.id, Rabu (10/8).

Ia mengatakan, sejauh ini nama kandidat di kalangan Koalisi Kekeluargaan yang sudah muncul di permukaan baru Sandiaga Salahuddin Uno. Menurut Pangi, kader Partai Gerindra itu berkemungkinan besar bakal mendapat tempat sebagai calon wakil gubernur (cawagub) di koalisi.

Sementara, untuk cagubnya sendiri sampai kini masih abu-abu, meski sudah ada beberapa nama figur unggulan yang sempat beredar sebelumnya, antara lain Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) dan mantan menko maritim Rizal Ramli.

"Ujung dari cerita koalisi ini bukan tidak mungkin bakal memunculkan nama kandidat alternatif seperti Budi Waseso (Buwas) yang saat ini menjabat kepala BNN (Badan Narkotika Nasional). Pasangan Buwas-Sandiaga bisa menjadi kuda hitam pada Pilgub DKI nanti," ucap Pangi.

Ia menuturkan, Buwas selama ini dikenal sebagai teman baik dan kanalnya Budi Gunawan (BG). Sementara, BG sendiri diketahui memiliki hubungan kedekatan dengan Megawati Soekarnoputri. Tidak mustahil, kata Pangi, BG bakal 'membisiki' pucuk pimpinan PDIP itu agar merestui Buwas untuk maju di Pilkada DKI lewat Koalisi Kekeluargaan.

Pangi berpendapat, di antara tujuh parpol anggota Koalisi Kekeluargaan, PDIP termasuk yang memiliki kekuatan politik mumpuni saat ini. Jika Megawati ingin mengurangi pengaruh Presiden Jokowi di Pilkada DKI, besar kemungkinan putri proklamator itu bakal memilih Buwas.

"Sudah rahasia umum, Presiden Jokowi sangat dekat dengan Ahok lantaran faktor peristiwa masa lalu yang pernah dijalani keduanya ketika masih memimpin Ibu Kota. Sementara, PDIP yang dipimpin Mega kini telah mengambil posisi yang berseberangan dengan Ahok," tutur Pangi.

Dia menambahkan, dinamika politik di Ibu Kota masih berpeluang terjadi dalam beberapa waktu ke depan. "Saya pikir, bisa saja Buwas nantinya bakal dipasang PDIP di akhir-akhir waktu sebagai calon gubernur untuk mengimbangi Ahok. Seperti halnya Risma dan Rizal Ramli, Buwas juga punya kans besar untuk terpilih dalam kontestasi Pilgub DKI 2017," kata Pangi lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement