Rabu 10 Aug 2016 13:37 WIB

'Terorisme Musuh Bersama Semua Bangsa'

Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pada 2nd International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/8).
Foto: BNPT
Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pada 2nd International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Terorisme musuh bersama semua bangsa. Karena itu, seluruh bangsa di seluruh dunia harus kerja sama dalam melakukan penanggulangan terorisme.

"Sejak ISIS muncul ke permukaan isu Foreign Terrorism Fighter (FTF)  menjadi masalah baru bagi semua negara termasuk Indonesia karena pelaku aksi terorisme bukan saja dari lokal tetapi juga dari luar masuk ke dalam negara tertentu melakukan berbagai aksi. Fenomena inilah yang menjadi salah satu perhatian kami dalam melakukan penanggulangan terorisme," ungkap Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pada 2nd International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) di Nusa Dua, Bali, dalam siaran pers, Rabu (10/8).

 

 Ironisnya, lanjut Suhardi, karena internet yang kini marak digunakan sebagai jalur komunikasi, justru menjadi 'sarang' teroris untuk memperlancar komunikasi antara sesama guna melakukan tindakan atau perekrutan anggota baru. Selain itu, fenomena hijrah ke wilayah konflik sebagaimana yang terjadi saat ini, dimana para simpatisan ISIS pada hijrah ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan kelompok militan tersebut. Hal ini sebenarnya sudah pernah terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu. Saat itu, ratusan WNI hijrah ke Afganistan untuk bergabung dengan Al Qaeda.

 

"Apa yang terjadi di Bali beberapa tahun lalu merupakan efek hijrahnya orang-orang ini ke Afghanistan. Pemerintah tidak ingin hal ini terjadi lagi bagi WNI yang kembali dari Irak dan Suriah," tegas Komjen Suhardi Alius.

 

Dalam kesempatan tersebut kepala BNPT juga menekankan penyelundupan manusia perlu menjadi konsen semua pihak karena perekrutan yang dilakukan oleh anggota ISIS bagian dari penyelundupan manusia. Selain itu, ia juga menyampaikan program deradikalisasi yang kini digunakan oleh pemerintah indonesia dalam menekan radikalisme dimana program ini telah memberikan hasil yang cukup siginifikan karena dilakukan secara masif.

 

Suhardi menjelaskan deradikalisasi dimaksud dengan menggunakan pendekatan pendekatan kultur dan keagamaan seperti pertemuan dengan keluarga teroris dan rehabilitasi bagi mereka yang telah sadar. BNPT juga menggunakan pendekatan narasi agama yang lunak dan toleransi untuk menekan pengaruh paham-paham ekstrim seperti takfiri yang banyak merusak pengikut radikalisme terorisme.

 

Ia menegaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional selalu komit dengan mekanisme penanggulangan terorisme yang disepakati oleh dunia internasional. Indonesia juga konsisten menanggulangi fenomena ini secara terus menerus.

 

2nd International Meeting on Counter Terrorism ini dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Jenderal TNI (purn) Wiranto. Pertemuan internasional diikuti negara-negara dari seluruh dunia seperti Amerika Serikat, China, India, Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Perancis, Rusia, Australia, dan lain-lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement