REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sumatera Selatan bakal menggunakan pesawat tanpa awak (drone) untuk memantau titik panas (hotspot) di wilayah perkebunan dan hutan yang sulit dijangkau petugas.
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Selatan Sigit Wibowo di Palembang, Jumat (5/8), mengatakan pesawat fixed wing drone ini milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan akan didatangkan paling lambat akhir Agustus 2016.
"Pesawat fixed wing drone ini seperti pesawat terbang tapi tidak ada awak, daya jelajah bisa 100 kilometer sehingga sangat bermanfaat untuk memantau kawasan-kawasan perkebunan dengan hamparan yang sangat luas," kata Sigit yang diwawancarai disela-sela rapat koordinasi Satgas Pencegahan Karhutla di Griya Agung, dipimpin oleh Danrem Gapo 044 Kunto Arief Wibowo.
Ia mengemukakan pesawat ini direncanakan akan ditempatkan di Musi Banyuasin karena kabupaten ini memiliki luas areal perkebunan Hutan Tanam Industri hingga ratusan hektare.
Pemprov telah berkoordinasi dengan Sinar Mas Group, perusahaan pemilik usaha Hutan Tanam Industri di Musi Banyuasin untuk membantu menyediakan landasan pesawat, ruangan untuk teknisi, dan mobil untuk transfortasi.
"Dengan pesawat tanpa awak ini diharapkan data akan sampai di instansi terkait bisa lebih cepat yakni berkisar 1-2 jam setelah kejadian kebakaran, karena jika menunggu data pantauan satelit maka membutuhkan waktu 12 jam," kata Sigit.
Menurut Sigit, data realtime ini mutlak dibutuhkan untuk pencegahan karhutla menjadi membesar dan meluas ke daerah lain.
"Target petugas di lapangan, jangan sampai api membesar baru ditanggulangi. Api kecil harus segera dipadamkan karena jika sudah terbakar maka sulit dipadamkan, sebagian besar wilauyah di Sumsel merupakan lahan gambut," kata Sigit.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menerbitkan status siaga darurat bencana asap sejak Maret 2016 untuk daerah ini lebih dini dalam upaya pencegahan karhutla.
Kejadian karhutla di Sumsel sempat menarik perhatian dunia karena berujung pada bencana kabut asap yang meluas hingga negeri tetangga lantaran terbakarnya 736.563 hektare lahan.
Sementara itu, kebakaran lahan terjadi pada areal seluas 10 hektare di jalan lintas Palembang-Inderalaya pada Rabu (3/8) sekitar pukul 13.00 WIB dan tertanggulangi pada pukul 17.30 WIB.