REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga riset Saeful Mujani Research Center (SMRC) mengadakan survei tentang Pilgub DKI 2017. Salah satu komponen yang disurvei adalah pengaruh agama dan etnik bagi elektabilitas Cagub DKI.
Direkur Program SMRC Sirojudin Abbas mengatakan isu agama dan etnik masih didengungkan jelang Pilgub DKI. Menurutnya isu mengenai umat Muslim yang tak boleh dipimpin oleh non-Muslim masih muncul seperti Pilgub sebelumnya. Sebab masih ada pandangan bahwa orang Islam tidak boleh dipimpin oleh non-Muslim.
Namun dalam survei kali ini, perbedaan agama tak berpengaruh besar karena hanya 12 persen saja dari responden yang sangat setuju dengan pandangan itu. Sedangkan 29 persen setuju dengan pendapat tersebut.
"48 persen tidak setuju, warga DKI hampir terbelah dalam soal apakah Muslim boleh dimpin oleh non-Muslim," katanya, Kamis (21/7).
Di sisi lain, Sirojudin juga mengakui masih ada pandangan bahwa orang dari kelompok etnik tertentu tidak boleh memimpin kelompok mayoritas> Padahal menurutnya, Indonesia tak berasaskan pada etnik tertentu.
"Namun faktor etnik kurang kuat dibanding faktor agama. Sebanyak 66 persen warga DKI tidak mempersoalkan satu etnik minoritas memimpin etnik-etnik lain yang membentuk kekuatan mayoritas. Sedangkan yang setuju cuma 20 persen," ujarnya.