Selasa 19 Jul 2016 06:15 WIB

Impor Pekerja Cina, Komunisme, dan Ancaman Kerapuhan Sosial

Red: M Akbar
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) menerima kunjungan delegasi Menteri Departemen Internasional Komite Sentral Partai Komunis China Xong Tao (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/4).
Foto:

Lantas, mengapa banyak orang meraih kekuasaan dengan cara-cara kejam? Naifnya, parpol penguasa Indonesia saat ini bermesraan dengan Partai Komunis Cina atau PKC yang didirikan Mao. PKC yang didirikan Mao tahun 1921 terinspirasi dari kesukaan dia membaca buku-buku marxisme.

Mao pun sempat bentrok dengan sekutu yang juga menjadi rivalnya, pemimpin Kuomintang Chiang Kai-shek, karena melawan gerakan komunisme Mao. Buntutnya, Mao mendirikan Republik Rakyat Cina, sedangkan Chiang Kai-shek lari ke Pulau Taiwan. Tetap saja: keduanya lalu mati.

Publik bertanya: apa yang dilakukan Mao dan Partai Komunis Cina, mengapa nyaris serupa dengan kondisi kekinian di Indonesia? Hari-hari belakangan di Indonesia makin tampak wajah komunisme yang terus mencoba kebangkitannya lagi. Persisnya perpaduan komunis-kapitalis. Polanya nyaris serupa.

Mereka meniru pujaannya yang gagal berkali-kali. Mereka mengagungkan Mao tapi tak kapok dari kegagalannya. Meski kini telah terjadi hegemoni ekonomi dari warisan kapitalis, mereka tak belajar guliran sejarah: tak ada kekuasaan yang abadi!

Tetapi tetap saja upaya menguasai rakyat dan negara secara penuh terus dicobanya: termasuk membuat UU titipan aka intervensi bandar. Dusta adalah makanannya. Rakyat makan kesulitan, kegaduhan, dipecah, diadu domba. Tatanan masyarakat yang sudah lama ajek diubah seenaknya. Itu belum cukup. Tata kelola negara diacak-acak sesukanya. Kejahatan finansial, pengemplang pajak diampuninya.

Sedang rakyat terus diperas dari pelbagai pajak yang mengada-ada. Subsidi, yang entah subsidi itu apa dan ada atau tidak, dicabutnya. Utang dicari ke mana-mana. Tetap saja masih terjadi krisis keuangan negara yang akhirnya rakyat disusahkannya. APBN bangkrut, ada apa dengan rekening 502? Dikunci? Mengapa pemerintah tidak terbuka terhadap kenyataan rekening 502?

Sebaliknya, untuk menutup itu nilai-nilai agama dikerdilkannya. Makin terserak penistaan agama yang bergerak sistemis. Akibatnya, kerusakan sosial menganga, tercecer menggurita: dari pelosok tanah Jawa sampai pedalaman Kalimantan. Itu pun dibiarkannya. Acara televisi destruktif yang memberi pengaruh besar merusak generasi, tetap dipeliharanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement