Selasa 19 Jul 2016 06:15 WIB

Impor Pekerja Cina, Komunisme, dan Ancaman Kerapuhan Sosial

Red: M Akbar
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) menerima kunjungan delegasi Menteri Departemen Internasional Komite Sentral Partai Komunis China Xong Tao (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/4).
Foto:

Mari menengok sejarah komunis Cina: dibanding kekejaman Dinasti Qin, kekerasan dan kekejaman Partai Komunis Cina melebihi beberapa kali lipat. Kekuasaan komunis dibangun dari serangkaian konflik. Mulai konflik antartingkat, konflik antarperahu politik, konflik antarintelektual. Mao Zedong pernah berterus terang, ''Apa yang Qin Shi Huang perbuat bukan sesuatu yang besar. Ia telah mengubur hidup-hidup 460 intelektual, sedangkan kita telah mengubur 46.000 intelektual.''

Apa saja pola awal dan hasil kesengsaraan yang dialami warga Cina selama puluhan tahun di bawah kekuasaan partai komunis? Di awal, Mao mengeluarkan jurus pertamanya sebagai penolong rakyat. Dengan slogan: Hanya komunis yang bisa menyelamatkan Cina. Warga Cina termakan propaganda itu.

Setelah beberapa bulan berkuasa, dibuat program land reform. Penguasaan tanah. Warga diusir. Tanah dikuasai pemerintah. Lalu, membuat pembaruan perdagangan. Pengusaha dipaksa menyerahkan seluruh asetnya. Mereka yang tidak kuat banyak bunuh diri. Selanjutnya, Mao melakukan kekerasan terhadap pihak yang tidak sejalan, sekaligus menindas agama. Tahun 1957, komunis Cina telah membunuh lebih dari 11 ribu penganut agama.

Kemudian, Mao menempuh strategi terbuka. Membiarkan orang bicara sebebas-bebasnya, termasuk mereka yang antikomunis. Tujuannya, memetakan siapa pro dan kontra. Setelah itu, yang kontra komunis dibantai habis. Sekitar 270 orang kehilangan jabatan. Mereka yang anti pun akhirnya bungkam.

Selanjutnya, Mao melakukan strategi menciptakan kepalsuan guna menguji kesetiaan. Setiap orang dilibatkan mendengar kedustaan, menceritakan kebohongan, membuat cerita palsu, menghindari, dan menutupi kebenaran dengan kebohongan. Terciptalah kebohongan nasional. Di antara yang bohong dan dibohongi, saling mengkhianati. Berdusta telah menjadi budaya biasa bagi pejabat dan warga.

Langkah lain yang jadi sejarah: Revolusi Kebudayaan. Setiap warga negara dipecah jadi dua kelompok besar, yakni kelompok fanatik atau kelompok yang sinis terhadap komunis dan Mao. Komunis tak henti menciptakan konflik antarmasyarakat. Ini peristiwa berdarah dan mengenaskan, menurut hitungan konservatif para ahli, jumlah orang yang meninggal secara tidak wajar selama Revolusi Kebudayaan tembus jumlah lebih dari 7 juta jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement