REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan komitmennya untuk melanjutkan perburuan kelompok Santoso yang bersembunyi di Pegunungan Biru, Poso, Sulawesi Tengah. Dia menegaskan, operasi perburuan akan ditingkatkan sampai Santoso tertangkap.
"Operasi akan kita lanjutkan sampai selesai. Santoso harus tertangkap, hidup atau mati," ujarnya usai resmi dilantik di Istana Negara, Rabu (13/7).
Menurut Tito, sejumlah operasi perburuan Santoso sebelumnya, mulai dari Operasi Camar Maleo sampai Tinombala, tidak bisa dikatakan gagal. Sebab, katanya, kelompok radikal tersebut kini tak pernah lagi berinisiatif melakukan penyerangan. Posisi mereka tertekan sejak ada pengerahan pasukan dari TNI dan Polri.
Tito mengatakan, jumlah anggota Kelompok Santoso yang semula ada 47 orang, kini hanya tersisa 21 orang. Dia meyakini bahwa fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa operasi perburuan efektif.
"Kalau masalah penangkapan Santoso, ini masalah medan, saya kira hanya persoalan waktu," ujar Kapolri yang pernah memimpin perburuan Santoso selama 1,5 tahun tersebut.
Bagi Tito, cara untuk menaklukan Santoso juga bisa melalui pendekatan persuasif. Kelompok tersebut, kata dia, harus memahami bahwa keberadaan ratusan TNI-Polri di Poso yang bertugas memburu mereka membuat kehidupan masyarakat setempat menjadi tidak nyaman.
"Demi kemaslahatan ummat, saya kira saudara-saudara itu lebih baik turun gunung dan menghadapi proses hukum yang berlaku. Bukan menyerah, bukan. Demi kemaslahatan ummat yang ada di sana," ucap dia.
Perburuan Santoso memang menjadi pekerjaan rumah yang diwariskan ke Tito dari sejumlah Kapolri sebelumnya. Terakhir, mantan kapolri Badrodin Haiti, di akhir masa jabatannya, sempat menyampaikan permohonan maaf pada Presiden dan DPR karena Santoso belum tertangkap.