Ahad 10 Jul 2016 07:22 WIB

Mudik Horor dan Swasembada Janji Jokowi

Red: M Akbar
Lalu lintas ke arah Tol Pejagan dan Brebes
Foto: Twitter @TMCPoldaMetro
Lalu lintas ke arah Tol Pejagan dan Brebes

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rudi Agung (Pemerhati masalah sosial)

Hari Raya Idul Fitri adalah hari kemenangan. Hari kegembiraan bagi seluruh Muslim di dunia, dari masa ke masa.

Rasulullah pun menganjurkan umatnya keluar rumah melaksanakan Shalat I'd, baik pria, wanita, anak, atau dewasa. Bahkan, wanita haid pun tetap dianjurkan menuju lapangan atau masjid meski tak perlu shalat.

Melainkan mendengarkan khutbah dan doa. Rasul juga menganjurkan untuk menggunakan wewangian dan pakaian terbaik yang dimiliki. Busana tak harus baru. Untuk wanita, minyak wanginya tak boleh berlebihan.

Idul Fitri disambut dengan kegembiraan dan suka cita. Tapi, sepertinya lebaran tahun ini tidak dirasakan sebagian Muslim yang terjebak kemacetan mudik.

Macet terburuk yang menjadi sejarah baru tradisi mudik lebaran telah memakan korban. Belasan jiwa meregang nyawa. Peristiwa yang seharusnya bisa diantisipasi sejak dini.

Betapa masygul membaca kisah-kisah pemudik yang terjebak dalam peristiwa itu. Netizen Nova Perbawa, misalnya. Ia terpaksa menempuh perjalanan Jakarta - Solo selama 51 jam.

Ia menulis, "Finally sampe Solooo, Jkta-Solo tahun ini 51 jam saja, epic! Tapi alhamdulillah udh sampe, sebagian besar masih terjebak di Pantura dan jalur tengah." Itu ditulisnya pada waktu sehari sebelum lebaran atau H-1.

Begitu pula tulisan Haifdz Abdurrahman, yang tersebar secara viral. Tulisan itu bertajuk: Mudik Horor Lebaran 2016. Ia menuliskannya begitu dramatis.

Dirinya mengalami kesulitan bahan bakar, dipukul harga BBM yang mahal, keletihan berjuang mencari toilet. Teriknya cuaca yang melelahkan fisik. Kesabarannya melihat anaknya yang kecil terkulai. Semua dialami dalam kondisi puasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement