REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatra Utara Dr Ansari Yamamah berpendapat perayaan hari raya Idul Fitri merupakan momentum untuk memperkuat silaturahim dan persatuan bangsa. Ini bisa diawali dari sikap saling menghargai dan saling menghormati.
"Meski milik umat Islam, tetapi Idul Fitri bisa memberikan makna lebih luas dalam kehidupan berbangsa," kata pengamat sosial dari UIN Sumatra Utara itu di Medan, Kamis (7/7).
Menurut Ansari, momentum penguatan silaturahim dan persatuan bangsa tersebut diawali dari pelaksanaan ibadah puasa selama bulan suci Ramadhan. Dalam pelaksanaan ibadah puasa tersebut, umat Islam bukan hanya dituntut mampu menahan lapar dan haus, tetepi juga berbagai perbuatan yang dianggap dapat membatalkan atau mengurangi nilai ibadah puasa.
Untuk menyukseskan ibadah tersebut, umat agama lain diminta untuk memberikan penghormatan terhadap umat Islam yang sedang menjalankan ibadah selama satu bulan penuh itu. Dalam penghormatan tersebut, akan muncul rasa saling menghargai ibadah dan keyakinan antarumat beragama di Tanah Air.
Disebabkan dihormati ketika sedang menjalankan ibadah puasa, sangat wajar jika umat Islam juga menghargai dan menghormati umat agama lain dalam kehidupan sehari-hari. "Dengan begitu, akan tercipta persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.
Kemudian, kata dia, silaturahim dan persatuan itu juga akan muncul budaya saling mengunjungi untuk menyampaikan ucapan selamat dan saling memaafkan.
Dalam budaya di Indonesia, saling mengunjungi dalam Idul Fitri tersebut bukan hanya dilakukan sesama umat Islam, tetapi juga oleh unat agama lain.