Rabu 06 Jul 2016 20:19 WIB

Ratusan Warga Luar Batang Rayakan Idul Fitri di Tenda Darurat

Red: Nur Aini
  Warga melintas berlatar penolakan pengusuran di kawasan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara , Selasa (5/3).(Republika/Tahta Aidilla)
Warga melintas berlatar penolakan pengusuran di kawasan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara , Selasa (5/3).(Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Warga kampung Akuarium, kawasan Luar Batang, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, terpaksa merayakan Idul Fitri 1437H di tenda-tenda darurat dan rumah-rumah bedeng setelah permukiman mereka digusur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada April lalu.

Meskipun harus tinggal di bangunan darurat yang didirikan di atas puing-puing bekas gusuran, ratusan warga Akuarium tetap menjalankan ibadah salat Idul Fitri, bersilaturahmi, bahkan menyantap hidangan khas ketupat dan opor ayam yang dimasak bersama-sama di dapur umum. "Lebaran tahun ini sangat terharu karena keadaan (tempat tinggal kami) sedang dibongkar begini. Tapi masyarakat tetap antusias, mereka saling datang bersilaturahmi, tadi juga diadakan salat Id lebih dari 200 orang ikut," ujar Ketua RT 12 RW 04 Kelurahan Penjaringan Doddy Kairul Fajri di kampung Akuarium, Jakarta Utara, Rabu (6/7).

Bukan hanya warga Akuarium, bekas warga Pasar Ikan yang sudah pindah ke rumah susun yang disediakan Pemprov DKI yakni rusun Marunda dan rusun Rawa Bebek, juga menyempatkan datang ke kampung darurat tersebut untuk saling bersilaturahmi. "Saya aja dari Marunda, pagi-pagi tetap salat Id di sini," kata Doddy.

Menurut dia, 150 KK RT 12 masih tetap bertahan di tenda-tenda darurat dan sebagian membangun rumah-rumah bedeng dari papan triplek karena faktor kedekatan dengan tempat mencari nafkah. Sebagian besar warga Akuarium merupakan kuli panggul di Pelabuhan Sunda Kelapa dan tempat pelelangan ikan, sedangkan rumah susun yang ditawarkan pemerintah jaraknya terlalu jauh sehingga tidak mendukung aktivitas harian warga. "Dulu aja kita punya usaha di sini (hidup kami) susah, apalagi sekarang kalau di rusun kan tambah jauh," ungkap Doddy.

Sementara itu, seorang warga RT 01 RW 04 Kelurahan Penjaringan, Jarni (40 tahun), mengaku akan tetap bertahan di permukiman darurat itu sambil menunggu kompensasi dari pemerintah. "Kalau bisa ingin dibangunkan lagi rumah di sini, kalau tidak bisa ya minta ganti rugi bangunan," ujar dia.

Jarni yang sudah tiga bulan menempati salah satu tenda darurat bersama belasan keluarga lainnya, menganggap cobaan pada bulan Ramadhan dan Lebaran tahun ini begitu berat karena ia kehilangan rumah, harta satu-satunya yang dimilikinya di Ibu Kota. Ia berharap Lebaran tahun depan kondisi di kampung Akuarium segera membaik dan warga mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.

"Lebaran tahun depan inginnya jangan keadaan beginilah, kalau sekarang kan ibarat kata hati itu sudah menjerit," ujar Jarni yang suaminya sehari-hari bekerja sebagai kuli panggul di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Ratusan warga RW 04 terdiri dari RT 01, RT 11, dan RT 12 masih mendiami delapan tenda darurat dan belasan rumah bedeng di kawasan bekas penggusuran kampung Akuarium, Luar Batang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement