Jumat 01 Jul 2016 04:30 WIB

Ramadhan dan Akhlak Kita

Red: M Akbar
Ilustrasi Berdoa Saat  Merayakan Lebaran
Foto:

Dendam, menyebabkan terjadinya perang, rusaknya peradaban, hancurnya kepribadian seseorang. Banyak sekali fakta lapangan menunjukan: perpecahan dan kerusakan sosial diawali dari dendam.

Dendam masa kecil, dendam perceraian, dendam sosial, dendam persaingan, dendam asmara, dendam ekonomi, dendam kehidupan, dan pelbagai dendam lain.

Dendam seseorang, menghancurkan kehidupannya. Hidup gelisah, jauh dari ketenangan. Jauh dari kebahagiaan abadi. Walau sehari-hari dihujani limpahan materi. Walau setiap hari beribadah pada ilahi Rabbi. Namun ketika hati masih menyimpan dendam, hidup masih diterpa kegelisahan, jauh dari ketenangan. Bahkan dendam sering kali merugikan pihak lain.

Jangan-jangan ucapan permohonan maaf kita di hari Ramadhan dan Hari Raya hanya sebatas slogan. Bermaafan karena momentum bukan dari hati terdalam. Bermaafan sebatas uluran tangan atau sepatah lisan. Sedang hati kita masih memiliki dendam. Jangan-jangan nilai kemanusiaan dalam hati kita masih berwarna kelam.

Akibatnya, di depan manis tapi di belakang sinis. Sosialisasi dan bertutur sapa hanya basa basi, sekadar pemanis. Ibadah jalan, dendam ditanam. Nilai kemanusiaan bukan lagi muncul dari keimanan, bukan timbul karena agama, tapi dari rasa suka tak suka. Berkahlak dengan like dan dislike.

Padahal bukankah agama itu sendiri akhlak dan kekokohan akidah? Bukankah salah satu tugas Rasulullah untuk membumikan tauhid dan membenahi akhlak? Bisa jadi akhlak kita masih tersekat, kita bukan berperilaku dengan bahasa keimanan, melainkan memilah atas nama martabat dan keduniawian.

Jangan-jangan cerai berainya kelompok-kelompok Islam karena masing-masing merasa lebih baik, lalu melempar atau menyimpan dendam. Jangan-jangan, kita mudah dipecah belah lantaran mudah sekali menanam dendam.

Bukankah seluruh agama mengingatkan: dendam lebih cepat dari api membakar kayu. Dendam sangat cepat menghanguskan seluruh amalan kita. Memusnahkan segala kebaikan kita. Lalu untuk apa Ramadhan kita? Untuk apa ibadah-ibadah kita?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement