Jumat 24 Jun 2016 00:03 WIB

Begini Kronologi Aksi Warga Menolak Kehadiran Ahok

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Ilham
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meninggalkan gedung Bareskrim Mabes Polri usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Selasa (21/6).
Foto: Antara/ Akbar Nugroho Gumay
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meninggalkan gedung Bareskrim Mabes Polri usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Selasa (21/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan yang dilakukan aparat keamanan terhadap warga sipil di Ibu Kota terjadi lagi. Kali ini, insiden tersebut berlangsung dalam bentrok antara polisi dan ratusan warga yang menolak kunjungan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (23/6).

Salah satu saksi mata, Mansur Amin, menuturkan, kejadian berawal pada pukul 14.00 WIB. Ketika itu, ratusan warga yang sudah mengetahui rencana kunjungan Ahok ke Penjaringan berkumpul di lokasi untuk menolak kedatangan sang Gubernur.

Tujuan Ahok mendatangi daerah tersebut adalah peresmian Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Penjaringan Indah yang beralamat di Jalan Wacung, RW 16, Penjaringan, Jakarta Utara.

Massa yang menggelar aksi penolakan terhadap Ahok hari ini terdiri atas berbagai elemen masyarakat. Di antaranya adalah Forum RT/RW Penjaringan, Laskar FPI, Gerakan Pemuda Kamal Muara, Laskar Kampung Luar Batang, Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU), dan Aliansi Pemuda Penjaringan.

"Sekitar pukul empat sore (16.00 WIB--Red) lewat, Ahok berhasil menyusup ke lokasi dan meresmikan RPTRA Penjaringan Indah. Usai peresmian, Ahok langsung balik kanan, menghindari kerumunan massa," ujar Mansur kepada Republika.co.id, Kamis (23/6).  

Mendengar hal tersebut, kata Mansur, massa demonstran berusaha mencegat Ahok. Namun, kerusuhan mulai terjadi ketika sejumlah remaja yang diperkirakan masih berusia SD dan SMP melemparkan batu ke arah polisi.

"Padahal, anak-anak itu hanya membalas lemparan batu dari Pokdar (Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) Penjaringan yang berada di belakang polisi. Namun, situasi semakin tak terkendali sehingga terjadilah bentrok antara aparat dan warga," ucap Mansur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement