Rabu 15 Jun 2016 04:30 WIB

Ancaman Komunisme, Dagelan Warteg, dan Novel Najib

Red: M Akbar
partai komunis cina

Akankah di kemudian hari Bumi Pertiwi diambil oleh generasi komunis? 

Membaca karya Kaelani itu, teringat pula obrolan dengan mahasiswa di Cirebon. Katanya, "PKI itu bagus, Bang. Senior saya di kampus bangga terang-terangan dirinya komunis."

Ketika ditanya dari mana memperoleh pemutarbalikan sejarah PKI itu, sang mahasiswa menjawab: dari diskusi di kampus, buku, dan film-film.

Lalu saya terdiam. Kondisi yang digambarkan Kaelani tentang Turkistan, sedikit banyak memiliki kesamaan dengan kondisi Indonesia kekinian.

Saya bertanya lagi, kali ini dialog dalam hati: ke depan, Indonesia akan menjadi Turkistan? Atau dominasi Cina di Indonesia saat ini bisa mengingatkan mereka pada pahitnya kehidupan leluhur di tanah airnya: ketika Cina dijajah Jepang. Atau mundur ke belakang saat Cina diacak-acak dan diinjak Mongolia. Pribumi Cina tak menyukai kekuasaan Mongolia. Mereka sangat benci orang-orang Mongolia yang datang dan menaklukkan negerinya.

Nah, kalau tahu pahitnya dijajah, tak perlulah menjajah. Apalagi mencipta hegemoni ekonomi serta kembali menghidupkan dan menyebarkan paham komunis yang sangat melukai masyarakat Indonesia.

Indonesia punya peradaban akbar dengan sejarah perjuangan rakyat dan kekuatan umat Muslim yang besar. Janganlah terus mengusik umat Muslim yang mentang-mentang punya kehebatan dalam bersabar. Ideologi bangsa ini jelas: Pancasila, yang lima silanya diadopsi dari nilai-nilai Qurani.

Idelogi Indonesia bukan sekuler, bukan liberal, bukan kapitalis, apalagi komunis. Bukan itu! Tak perlu repot-repot 'berjualan'. Cepat atau lambat, ideologi-ideologi impor itu tenggelam dan ditolak alam. Sebab Indonesia tanahnya para wali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement