Rabu 15 Jun 2016 04:30 WIB

Ancaman Komunisme, Dagelan Warteg, dan Novel Najib

Red: M Akbar
partai komunis cina

Ketika itu, untuk menyelamatkan raja dan turunannya, Najwah pun rela menikah dengan komandan Cina. Namun, komandan itu harus jadi mualaf. Komandan mau. Menikahlah mereka.

Tetapi saat menikah, kelakuannya tetap saja sebagai kafir. Bahkan tega membantai pejuang-pejuang Turkistan. Membunuh keji rakyat dan ulama. Menguliti panglima pejuang Turkistan. Najmah tak kuat, akhirnya menembak suaminya sendiri.

Suami berdarah Cina yang diharapkan membantu rakyat Turkistan, faktanya malah membantainya dengan keji tanpa hati. Masuk Islamnya hanya pura-pura. Najmah pun bertemu Mustafa, cinta lamanya. Mereka menikah. Berjuang bersama, mengusir penjajah komunis Cina dan Rusia. Perlawanan mereka kalah kekuatan.

Rakyat dan pejuang terus dibantai keji. Banyak yang mati. Bumi Turkistan pun berganti menjadi tanah komunis. Direbut secara bengis.

Membaca novel itu, teringat sejarah di Tanah Air. Peristiwa-peristiwa kekejaman komunis di Indonesia era 1948 dan 1965. Kini paham komunis bangkit lagi.

Tega-teganya di bulan Ramadhan, Islam malah disudutkan. Pihak salah dibela. Dagelan warteg dimainkan dengan menjijikkan. Agama dikerdilkan, generasi dirusak tak karuan. Perda-perda syariat diusik, bahkan ingin ditenggelamkan.

Sistem pendidikan dibuat awut-awautan, belum selesai kurikulum ini, ganti kurikulum itu. Buku-buku ajar pornografi makin unjuk gigi. Desain perusakan kian telanjang. Gegara masalah sepele guru-guru mulai dipenjara, dibuat mengajar dengan tekanan dan dilema. Anak murid makin kurang ajar, amat jauh dari tata krama. Imbasnya, kondisi sosial benar-benar berantakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement