Rabu 15 Jun 2016 04:30 WIB

Ancaman Komunisme, Dagelan Warteg, dan Novel Najib

Red: M Akbar
partai komunis cina

Najmah, gadis pembantu istana. Meletakkan hatinya pada Mustafa, seorang pria yang juga membantu raja. Namun, percik api cinta mereka berada di era penjajahan Cina. Di masa derasnya gelombang pendatang dari Cina.

Ketika itu, Turkistan diacak-acak. Kekayaan alam digasak, ekonomi dan politik dikuasai. Pejabatnya jadi penjilat. Hukum dibeli, budaya diganti, sejarah diubah, generasinya dirusak. Rakyatnya dibelah. Gadis-gadis tak lagi berjilbab, bahkan mulai berani bercelana pendek. Remaja dan pemudanya larut terseret candu narkoba dan kebodohan paham komunis.

Perusakan Turkistan dilakukan sistemik. Paham komunis disebar melalui kurikulum pendidikan, buku dan film. Agama ditanggalkan, juga dihina dina. Tatanan peradaban Turkistan benar-benar hancur.

Hingga puncaknya turun instruksi dari RRC agar komandan lapangan di Turkistan mengumumkan kebijakan: wanita Turkistan harus menikah dengan orang-orang Cina. Baik tentara maupun pendatang.

Ketika raja menolak, ia dipenjara. Akhirnya tak kuat lalu melunak. Menaati kebijakan gila dari Cina itu. Raja terpaksa menikahkan putri cantiknya pada komandan lapangan Cina.

Tetapi ketaatan raja itu hanya strategi. Sebab, saat awal instruksi komunis disebarkan: raja, ulama, rakyat menolak mentah-mentah menikahkan anak mereka untuk penjajah Cina.

Pernikahan pura-pura itu dihelat. Ini cara agar para komandan Cina hadir dalam satu tempat. Setelah itu mereka dibantai pejuang dan rakyat Turkistan. Semua bukan tanpa risiko.

Rakyat Turkistan tahu: serangan balasan lebih besar pasti akan datang dari RRC. Ternyata benar, komunis itu tak terima dengan serangan tersebut. Penjajahan lebih dahsyat dilakukan. Bahkan Cina menggandeng Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement