Ahad 12 Jun 2016 16:42 WIB

Ahok Diminta Jangan Plinplan Pilih Kendaraan Politik

Rep: Eko Supriyadi/ Red: M Akbar
 Ilustrasi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. (Republika /Mardiah)
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. (Republika /Mardiah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafids menilai tidak mudah bagi siapa pun untuk maju melalui jalur perseorangan. Sebab, dukungan partisipatif masyarakat lebih sering jatuh kepada praktik mobilisasi pemilih. 

''Hasilnya, begitu pemungutan suara selesai, tidak jarang calon perseorangan memperoleh suara justru di bawah angka jumlah KTP yang dikumpulkannya,'' kata Masykurudin, di Jakarta, Ahad (12/6).

Menurut dia, alternatif masyarakat pemilih memang tidak banyak. Harapan akan adanya ragam pilihan calon dari partai politik sulit terwujud.  Apalagi, kata dia, kehendak partai politik dalam pencalonan masih elitis, jangka pendek, dan memiliki pertimbangan modal kampanye yang kuat. 

Koalisi yang dibangun juga semata-mata mencari kemenangan, tidak menyisakan kaderisasi tunas-tunas muda untuk meraih kekuasaan, apalagi merepresentasikan kepentingan masyarakat lokal.

Sementara, untuk jalur nonpartai politik, yakni perseorangan, kini juga ‎kian tak mudah. Tujuan UU baru agar setiap individu nyata mendukung calon tertentu pada akhirnya memberikan tugas kepada KPU untuk menyiapkan tenaga ekstra. 

''Dengan waktu yang terbatas dan syarat yang ketat, siapa pun yang menempuh jalur perseorangan akan menghadapi jalan terjal,'' ucap Masykurudin.

Kini, lanjut dia, dalam ‎situasi ketika dunia politik banyak dihindari karena dianggap kubangan korupsi, terdapat gerakan politik yang tujuannya sama persis memperebutkan kekuasaan. Salah satunya adalah Teman Ahok, yang telah mengumpulkan dukungan hampir 1 juta KTP.‎

Meski demikian, calon gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diminta tegas memilih kendaraan kampanyenya. Apakah melalui independen ataupun partai politik?

Oleh karena itu, gerakan partisipatif (atau bahkan mobilisasi) ini patut dihormati. Dengan berbagai latar belakang dan tujuan, Ahok perlu bersedia dicalonkan melalui jalur perseorangan, tidak perlu plinplan. Apabila ada tambahan partai politik yang mendukung, jadikan baris kedua untuk menambah kekuatan masyarakat yang mencalonkannya.

‎Soal kalah-menang itu nomor dua. Ahok harus siap dengan segala kemungkinannya. ‎Bagaimana mengakomodasi aspirasi masyarakat Jakarta, itu yang utama.

''Kalaulah Ahok pada akhirnya kalah, setidaknya dia akan tercatat dengan tinta emas dalam rekor yang diraihnya, calon perseorangan dengan dukungan sejuta pemilih,'' kata Masykurudin. 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement