REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah rumor yang menyebut, gelombang tinggi yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia berhubungan dengan tsunami. Bantahan ini menjawab kekhawatiran masyarakat di pesisir selatan Pulau Jawa yang resah karena adanya aktivitas gelombang laut yang tinggi.
"Fenomena terjadinya gelombang tinggi yang terjadi di Samudera Hindia saat ini tidak ada hubungannya dengan peristiwa tsunami," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (11/6).
Ia mengungkapkan, fenomena gelombang tinggi disebabkan beberapa faktor, seperti dinamika pasang surut, munculnya anomali positif tinggi muka air laut di wilayah Indonesia, serta terjadinya fenomena penjalaran alun (swell) akibat munculnya pusat tekanan tinggi di sebelah barat daya Australia.
Hal tersebut, kata Daryono, memicu gelombang laut tinggi seperti saat ini dirasakan masyarakat di pesisir barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Namun, BMKG menegaskan, fenomena gelombang laut tinggi tidak ada kaitan dengan kedatangan tsunami.
Daryono menuturkan, posisi wilayah Indonesia, terletak di antara benua Auatralia dan Asia, serta di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Hal tersebut membuat Indonesia memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang khas, termasuk kondisi ekstrim terkait meteo-oseanografi seperti gelombang tinggi ini.
"Peristiwa itu adalah fenomena alam biasa yang sedang berlangsung dan akan berakhir dengan sendirinya. Tidak perlu takut dan khawatir berlebihan jika terjadi lagi di kemudian hari," jelasnya.