Rabu 08 Jun 2016 14:15 WIB

Musim Kemarau di Jatim Mundur

Rep: Christyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kemarau ekstrem (ilustrasi).
Foto: cctv america
Kemarau ekstrem (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Musim kemarau di Jawa Timur tahun ini mengalami kemunduran. Hartanto, Kepala Stasiun Klimatologi Karang Ploso Malang menuturkan April dan Mei biasanya sudah memasuki musim kemarau. Namun hingga awal Juni hujan masih turun di Jawa Timur.

"Musim kemarau mundur sepuluh sampai 30 hari," jelasnya pada Rabu (8/6).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Karang Ploso, baru 30 persen wilayah Jatim yang memasuki musim kemarau.  Menurutnya kondisi ini merupakan efek dari La Nina. "La Nina menyebabkan curah hujan di Indonesia bagian tengah dan timur kembali meningkat," terangnya.

La Nina adalah fenomena mendinginnya suhu muka air laut yang mendorong bertambahnya suplai uap air.  Meski musim kemarau tahun ini diprediksi mundur, namun Hartanto menjelaskan kondisi ini membawa keuntungan bagi pertanian.

Kondisi yang disebabkan La Nina ini menyebabkan hujan berpotensi masih turun meski memasuki musim kemarau. Sehingga, mata air tak akan benar-benar defisit. "Biasanya jika musim kemarau tiba akan terjadi kekeringan namun berbeda jika ada La Nina," imbuhnya.

Fenomena ini biasanya terjadi dalam kurun waktu Juli hingga September. "Intensitas curah hujan tergantung respons yang diberikan setiap daerah terhadap fenomena ini," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement