Kamis 02 Jun 2016 17:45 WIB

Presidium KAHMI: Tidak Perlu Takut Kemunculan Komunisme

Petugas kepolisian mengamankan seorang pemuda yang kedapatan mengenakan kaos bergambar Palu Arit yang menjadi lambang Partai Komunis Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (27/5).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Petugas kepolisian mengamankan seorang pemuda yang kedapatan mengenakan kaos bergambar Palu Arit yang menjadi lambang Partai Komunis Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (27/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Viva Yoga mengimbau masyarakat tidak resah atas isu munculnya partai dengan paham komunisme di Indonesia.   Namun ia tetap mengedepankan sikap mawas diri.

"Menurut saya kita tidak perlu takut dalam kemunculan komunisme tapi tetap harus mawas diri," ujar Viva Yoga seusai mengikuti diskusi bertajuk "Membedah Otak Pemimpin Bangsa" yang diselenggarakan KAHMI di Jakarta, Kamis.

Politikus Partai Amanat Nasional itu menilai generasi muda saat ini tidak begitu memahami ideologi dan sejarah. Oleh karena itu, tugas para pemimpin bangsa adalah memberikan fakta sejarah dan pemahaman ideologi yang benar.

Dia mengatakan, berdasarkan sejarah, eks pengurus Partai Komunisme Indonesia selalu melakukan kudeta secara inkonstitusional. Selain itu paham partai komunis bertentangan dengan ideologi Pancasila.

"Tetapi kita tidak perlu antipati atau trauma. Yang penting fakta sejarah tetang perilaku eks PKI itu jelas dan dipahami anak muda," ujar dia.

Baca juga, Soal Pernyataan Kivlan Zeoin, Menhan; TNI Punya Fakta Kebangkitan PKI.

Viva Yoga mengatakan saat ini keluarga eks-PKI telah dipulihkan haknya dalam berpolitik. Dia mengatakan Negara telah mempersilakan keluarga eks PKI berpolitik asalkan tidak membawa ideologi komunisme.

Sebelumnya Mayjen Purnawirawan TNI Kivlan Zein mengatakan bahwa partai berideologi komunisme telah hadir dan dideklarasikan sejak dua pekan lalu. Kivlan menyebut partai itu telah mendirikan kantor di Jakarta Pusat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement