Selasa 31 May 2016 18:26 WIB

Korban Kekerasan Anak Laki-Laki Lebih Banyak Ketimbang Perempuan

Rep: C36/ Red: Achmad Syalaby
  Anak-anak mengikuti acara kampanye Gerakan Nasional Anti-kekerasan terhadap Anak dan Perempuan di Senayan, Jakarta, Ahad (14/2). (Republika/Yasin Habibi)
Anak-anak mengikuti acara kampanye Gerakan Nasional Anti-kekerasan terhadap Anak dan Perempuan di Senayan, Jakarta, Ahad (14/2). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PP - PA), Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan, jumlah anak laki-laki yang menajadi korban kekerasan lebih banyak jika dibandingkan dengan anak perempuan. Mereka rentan mengalami kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikologis.

"Berdasarkan survei kepada lebih dari 11.000 anak Indonesia selama tiga tahun terakhir, ada satu dari tiga anak laki-laki yang menjadi korban kekerasan. Anak-anak itu mengalami kekerasan fisik, psikologis bahkan kekerasan seksual," ujar Pribudiarta kepada wartawan di Jakarta, Selasa (31/5).

Sementara itu, satu dari enam anak perempuan menjadi korban kekerasan fisik, psikologis dan seksual. Dari jumlah itu, persentase anak laki-laki yang menjadi korban kekerasan mencapai 8 persen. Persentase anak perempuan yang menjadi korban kekerasan sebanyak 3,5 persen.

Tren kekerasan seperti ini, kata dia, tetap terjadi sampai saat ini. Menurut Pribudiarta, kondisi seperti ini sebaiknya dijadikan peringatan dini agar para orang tua memperbaiki pola asuh anak.

 "Pendidikan seksual sejak dini juga penting diberikan kepada anak sesuai dengan usianya. Hal ini untuk menghindari risiko semakin banyaknya kekerasan seksual terhadap kepada anak laki-laki yang memang angkanya sudah tinggi," tambah dia.

Terpisah, Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial (Kemensos), Edi Suharto, menyatakan hal serupa. Berdasarkan penelusuran terakhir, sebanyak 9 dari 10 anak  menjadi korban kekerasan seksual. 

"Kekerasan seksual kepada anak laki-laki juga dilakukan oleh orang-orang terdekat. Pelaku biasanya orang yang sebelumnya menjadi korban kekerasan serupa," tutur Edi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement