REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Mada Sukmajati menilai, Partai Golkar sudah kehilangan nafas kepartaian atau yang disebut ideologinya kekaryaan. Komentar tersebut merujuk pada susunan kepengurusan partai berlambang pohon beringin itu yang syarat dengan kepentingan tertentu.
"Sekarang Golkar menjadi contoh bagus dari sebuah partai politik yang digunakan oleh para elitnya, untuk kebutuhan transaksional, kepentingan kelompoknya," kata Mada kepada Republika.co.id, Selasa (31/5).
Ia berpendapat, saat ini sudah tidak ada tautan politik antara Partai Golkar dengan rakyat. Justru, partai tersebut merapat ke pemerintah agar dapat mengakses sumber daya negara.
Bahkan, Mada menilai, partai berlambang pohon beringin itu menjadi model parpol yang sangat problematik untuk pengembangan demokrasi. "Karena ini ideologinya tak jelas. Dan tautan politiknya dengan rakyat tak ada. Tetapi justru digunakan elitnya sebagai alat transaksional, alat negosiasi ekonomi," tutur Mada.
Baca juga, Kemenangan Setya Novanto Disebut Sebagai Kebangkitan Partai Golkar.
Mada menuturkan, di masa kepemimpinan Akbar Tanjung, Golkar fokus dengan pencitraan partai, dan itu berhasil. Pada masa Jusuf Kalla, mulai muncul gejala-gejala yang disebut sebagai saudagar politik.
"Dan itu semakin mengemuka saat kepengurusan Ical (Aburizal Bakrie), dan di bawah Setya Novanto semakin sangat pragmatis," ujar Mada menambahkan.