REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Produktivitas tenaga kerja di Indonesia dinilai tergolong masih rendah. Hal tersebut tak terlepas dari kualitas pasokan tenaga kerja di Indonesia.
"Kebanyakan tenaga kerja yang tersedia di Indonesia masih berpendidikan rendah," ujar Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri dalam keterangan persnya, Senin (30/5).
Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada persoalan rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja. Angkatan kerja Indonesia masih didominasi oleh pendidikan menengah pertama ke bawah yang mecapai 60,74 persen dari keseluruhan angkatan kerja.
Sebaliknya, angkatan kerja dengan pendidikan tinggi hanya 11,04 persen. Untuk itu, pelatihan dan pendidikan secara masif yang diiringi dengan sertifikasi profesi sangat diperlukan agar angkatan kerja Indonesia tersebut dapat menigkatkan daya saingnya.
"Untuk angkatan kerja pendidikan SMP ke bawah, dan dari usia 20 tahun hingga 65 tahun ke atas, mereka tidak bisa pergi ke sekolah untuk meningkatkan kualitas mereka, satu- satunya hanya melalui pelatihan kejuruan," ujar Hanif.
Dia pun mengajak segenap elemen masyarakat untuk peduli terhadap upaya peningkatan daya saing angkatan kerja tersebut. Masyarakat dapat berpartisi aktif dalam upaya peningkatan tersebut, baik secara individu, kelembagaan, maupun perusahaan.
Masalah peningkatan kualitas angkatan kerja bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi perlu peran semua pemangku kepentingan dengan bekerjasama dalam memfasilitasi tenaga kerja agar dapat tetap berdaya saing secara individu maupun secara perusahaan.