REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi politik, Ichsanuddin Noorsy, melihat beraktivitas politik di Partai Golkar itu sama seperti halnya melakukan investasi. Termasuk, saat pertarungan dalam pemilihan ketua umum.
''Jadi di tingkat ketum itu berhitung soal return of investment,'' katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (16/5).
Noorsy mengaku sudah mendapat kabar perihal adanya isu politik uang. Bagi dia, kabar politik uang itu semakin memperkuat Golkar terjebak pada pragmatisme sejak 2004.
''Kualitas kepemimpinan Golkar bukan sekadar pada penerimaan DPD tingkat satu atau dua. Karena caketum Golkar yang jujur, cerdas, dan punya visi itu ditantang juga dengan kemampuan keuangan,'' ujarnya.
Terkait adanya dukungan terbuka dari 15 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar untuk Setya Novanto, menurut Noorsy, hal itu bukan menjadi cerminan pertarungan sesungguhnya dalam perebutan calon ketua umum di partai beringin.
Menurut dia, pertarungan sesungguhnya ada pada DPD II. Dalam pengamatannya, pertarungan dalam munaslub ini akan semakin mengarah kepada persaingan antara Setnov dan Ade Komarudin.
''Tapi kan DPD II masih bisa merubah (sikap DPD I). Kan 15 DPD itu (pendukung Setnov) diprotes oleh DPD II. Karena DPD II yang akan menghadapi kenyataan di lapangan,'' kata Noorsy.