Rabu 27 Apr 2016 18:35 WIB

Inseminasi Buatan Berisiko Ganggu Kesuburan Sapi

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Peternakan Sapi
Foto: disnak.jabarprov.go.id
Peternakan Sapi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Inseminasi buatan atau kawin suntik pada budidaya sapi perah dan potong sudah dikenal di Indonesia sejak 1976. Meski demikian, teknik memasukkan semen beku yang telah dicairkan untuk meningkatkan reproduksi ini berkontribusi menyebabkan timbulnya gangguan kesuburuan pada sapi.

“Inseminasi dapat menyebabkan 30 sampai 50 persen sapi di Indonesia mengalami gangguan reproduksi,” tutur ahli kesehatan hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prabowo Purwono dalam workshop Gangguan Reproduksi dan Pelatihan USG pada Sapi, Rabu ( 27/4).

Munculnya gangguan reproduksi pada sapi ini, menrut Prabowo, disebabkan oleh pelaksanaan inseminasi buatan yang kurang sesuai dengan aturan. Sehingga menyebabkan kasus anestrus (tidak birahi), repeat breading (kawin berulang), dan nimfomania (birahi terus menerus) pada sapi di kemudian hari.

Namun dampak baik dan buruk kawin suntik juga ditentukan oleh faktor akseptornya. Apalagi kekurangsuburan sapi muncul setelah inseminasi buatan. Gangguan reproduksi melekat dari inseminasi buatan. Tapi dampak negatif dari teknik ini memang tidak pernah diungkap.

Ia mengemukakan, kesalahan inseminasi di lapangan dikarenakan pelaksananya kebanyakan bukan dari kalangan praktisi dokter hewan. Karena jumlah dokter hewan yang masih sangat terbatas. Disamping itu, pelaksanaan inseminasi di lapangan juga tidak didukung dengan prasarana yang menunjang, seperti kondisi sanitasi yang kurang baik.

Sehingga menyebakan pelaksanaan inseminasi menjadi media masuknya infeksi bakteri dan jamur. “Pada saat inseminasi, tidak hanya semen yang didepositkan ke dalan korpus uteri. Namun memungkinkan adanya masuknya bakteri dan jamur,” tutur Prabowo.

Ia menyebutkan kegagalan reproduksi sapi di Indonesia umumnya bersifat subklinis akibat infeksi bakteri dan jamur pada organ reproduksi sapi betina. Beberapa jenis bakteri dan jamur yang paling sering ditemukan diantaranya Ecoli, Cornyebacterium pyogenes, Streptococus sp, staphylococcus sp dan Aspergillus fumigator, serta Candida Albicans.

Adapun upaya pencegahan infeksi dan kontaminasi bakteri ke dalam lumen uterus dapat dilakukan dengan pelaksanaan sanitasi yang ketat saat pelaksanan inseminasi. “Melaksanakan rekayasa perkawinan hewan ini bukan pekerjaan main-main," tutur Prabowo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement