Selasa 26 Apr 2016 03:00 WIB

Banjir Lariang Meluas Hingga Tiga Kecamatan

Banjir rendam ribuan rumah (ilustrasi).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Banjir rendam ribuan rumah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU UTARA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan, dampak bencana banjir kiriman di wilayah hulu sungai Lariang, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara (Matra), Sulawesi Barat, kini berdampak luas hingga menggenangi tiga kecamatan yang ada di daerah itu.

"Curah hujan yang tinggi beberapa hari terakhir yang terjadi di wilayah hulu sungai lariang di wilayah Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), menyebabkan tiga kecamatan dan lima desa terendam banjir," kata Kepala BPBD Kabupaten Matra, Ardilla di Matra, Senin (25/4).

Menurutnya, warga pada tiga kecamatan yang terkena imbas banjir kiriman ini harus tetap waspada karena belum dapat diprediksi kapan luapan sungai Lariang ini akan surut.

"Musibah bencana banjir ini telah berlangsung sembilan hari. Kondisi ini diperparah akibat jebolnya tanggul milik sebuah perusahan sawit sehingga tekanan air kian meluas dan merendam ratusan rumah warga dan sejumlah fasilitas umum lainnya," ujar Ardilla.

Ardilla mengatakan, beberapa fasilitas umum seperti jalan desa dan juga empat gedung sekolah dasar saat ini terendam air dan bahkan ikut merendam ratusan hektar sawah dan kebun milik warga yang siap panen.

"Bencana banjir kiriman ini jelas membuat petani merugi karena lahan pertanian maupun perkebunan menjadi rusak. Ini yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah," katanya.

Tiga kecamatan terparah yang merasakan dampak banjir kiriman itu kata Ardila diantaranya Kecamatan Tikke Raya, Kecamatan Bulutaba dan kecamatan Lariang.

Saat ini kata dia, jajarannya dan Dinas Sosial telah mendirikan posko pengungsian di dusun Bukit Harapan Desa Lariang untuk mengantisipasi dampak bencana ini.

"Daerah yang paling parah dilanda banjir itu terdapat di wilayah Tikke raya dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 577 kepala keluarga dan 2.875 jiwa," katanya.

Semenjak posko pengusian beroperasi kata dia, telah ada sekitar 60 orang telah dievakuasi ke posko akibat rumah mereka terendam banjir kiriman.

"Warga yang berada di pengungsuan telah mulai diserang penyakit gatal-gatal dan berbagai penyakit lainnya. Ini diakibatkan minimnya pasokan air bersih dan masih tingginya debit air banjir kiriman," tutur Ardila.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement