REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, mengecam keras cara-cara diktator Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dalam menjalankan roda pemerintahan daerah.
Menurut mereka, pria yang akrab disapa Ahok itu sangat ramah kepada para pengembang, namun sangat kasar terhadap rakyat kecil.
"Saya melihat sikap yang ditunjukkan Ahok ini sekarang cenderung mengarah kepada fasisme. Karena salah satu ciri-ciri fasisme adalah sangat keras dalam menindas dan menyingkirkan rakyat kecil," ujar tokoh masyarakat Luar Batang, Mansur Amin, kepada Republika.co.id, Kamis (21/4).
Menurut Mansur, Ahok selama ini tidak pernah sekalipun mengajak masyarakat yang terkena dampak program penggusurannya untuk berdialog. Hal serupa juga terjadi saat mantan bupati Belitung Timur itu menggulirkan rencana penggusuran Kampung Luar Batang.
Mansur berpendapat, jika Pemprov DKI selalu beralasan ingin menata kota Jakarta, masyarakat Luar Batang sebenarnya siap dilibatkan untuk menata kampung mereka sendiri menjadi lebih baik tanpa penggusuran. Tapi pendekatan partisipatif itu malah dikunci rapat-rapat oleh Ahok.
"Mengajak kami berdialog pun Ahok tidak pernah. Yang ada malah ia mengerahkan tentara untuk mengusir kami," katanya.
Sebaliknya, kata Mansur lagi, Ahok justru menunjukkan keberpihakan dan sikap ramahnya dan kepada para pengembang properti. Bahkan, Ahok tidak mempersoalkan jika dirinya disebut sebagai Gubernur Agung Podomoro.
"Fasisme sering disebut kapitalisme tanpa sarung tangan. Sepertinya ungkapan itu pas untuk menggambarkan cara Ahok menjalankan pemerintahan sekarang," tegasnya.
Gubernur Ahok sebelumnya menegaskan akan menggusur wilayah Luar Batang dalam waktu dekat. Ia memperkirakan kebijakan itu mulai dilakukan pada Mei
mendatang.
Menurut Ahok, hingga saat ini penggusuran di kawasan tersebut terpakasa ditunda lantaran belum tersedianya rumah susun (rusun) untuk menampung warga yang bakal direlokasi akibat program tersebut.