Kamis 21 Apr 2016 09:47 WIB

'Dalam Berbisnis, Perempuan Masih Sulit Akses Modal'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nur Aini
Wanita berbisnis pakaian.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wanita berbisnis pakaian.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kaum perempuan yang ingin merintis usaha dinilai kerap kali mengalami kendala permodalan. Sektor perbankan dinilai masih enggan mengucurkan kredit karena menganggap perempuan belum bankable dan usahanya tidak prospektif.

Kendala sulit lainnya adalah menembus pasar. Mereka sudah mampu menciptakan produk bernilai ekonomi, namun bingung kemana produk akan dipasarkan. ''Minimnya informasi tentang target pasar dan buruknya infrastruktur mempersulit penjualan produk dari satu daerah ke daerah lain,'' kata pemerhati ekonomi dari Indosterling Capital William Henley di Jakarta, Kamis (21/4).

Padahal, kata dia, untuk membangun jiwa kewirausahaan di pedesaan, sebenarnya bisa melalui komunitas. Pertimbangannya adalah ikatan kekerabatan (keguyuban) masyarakat di pedasaan masih kuat. Menurut dia, perlu dibangun cluster-cluster pengembangan ekonomi sesuai karakteristik daerah masing-masing.

Ia mencontohkan di Palembang, perlu dibangun cluster ekonomi kain songket dengan perempuan sebagai tulang punggungnya. Hal yang sama bisa dilakukan di Pekalongan untuk cluster ekonomi produk-produk berbasis batik. Agar hasilnya maksimal, program tersebut harus bersifat lintas sektoral.

William mengatakan Indonesia memiliki beberapa kementerian dan lembaga yang harusnya bisa mengemas program pemberdayaan perempuan yang mumpuni. "Kementerian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Badan Ekonomi Kreatif harus satu irama untuk memberdayakan perempuan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement