Selasa 19 Apr 2016 23:27 WIB

Masih Renggut Jiwa, Warga Tetap Diminta Waspadai DBD

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pasien demam berdarah. Ilustrasi
Foto: Antara/Syaiful Arif
Pasien demam berdarah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah merenggut satu korban jiwa, sepanjang periode triwulan pertama tahun 2016, di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

 

Meski angka korban jiwa telah mengalami penurunan secara kuantitas, masyarakat diimbau untuk tetap mewaspadai penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti tersebut.

 

“Karena penyakit DBD ini masih mengancam kapan saja,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Dady Dharmadi, di Ungaran, Selasa (19/4).

 

Menurutnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang terus mengingatkan agar warga Kabupaten Semarang terus mengantisipasi ancaman DBD dengan perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.

 

Terkait ancaman penyakit ini, jelasnya, upaya pencegahan yang paling efektif dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Karena itu, pihaknya telah mengurangi pencegahan DBD dengan fogging.

 

“Kami terus mendorong warga untuk rajin melakukan PSN, ketimbang fogging atau pengasapan. Karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik nyamuk masih bisa berkembang biak untuk menjadi nyamuk dewasa,” tegasnya.

 

Kata Dady, gerakan PSN bisa dilakukan dengan cara menguras, menutup dan mengubur (3M). Upaya lain memberantas dengan membagikan serbuk abate secara cuma- cuma di lingkungan warga.

 

Sesuai dengan petunjuk Gubernur Jawa Tengah, gerakan PSN disosialisasikan hingga di lingkungan rukun tetangga (RT). Pihaknya juga terus mengefektifkan fungsi juru pemantau jentik (jumantik) nyamuk di lapangan.

 

Gerakan ini penting dilakukan secara terus menerus guna mencegah munculnya kembali penyakit DBD yang penyebaran virusnya jamak melalui nyamuk Aedes Aegypti. “Apalagi curah hujan hingga saat ini masih cukup tinggi,” tambahnya.

 

Sementara itu, data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang menunjukkan, selama kurun waktu  Januari hingga Maret 2016 tercatat terjadi sedikitnya 265 kasus DBD dengan angka kematian satu orang penderita.

 

Angka kasus tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan periode Januari hingga Maret tahun 2015 lalu yang mencapai 276 kasus, dengan angka kematian sebanyak enam orang penderita.

 

Sedangkan periode Januari hingga Desember tahun 2015 juga tercatat sebagai tahun dengan ledakan kasus DBD di Kabupaten Semarang. Yakni mencapai 504 kasus, serta enam orang penderita tak tertolong jiwanya.

 

Dady juga menambahkan, temuan kasus DBD dalam kurun waktu tiga tahun terakhir juga mengalami perubahan gejala klinis. Karena penderita tidak diawali munculnya bintik-bintik merah di badan tetapi langsung mengalami demam tinggi, seperti penyakit tifus.

 

Oleh karena itu, pihaknya menyarankan jika ada anggota keluarga yang mengalami fluktuasi demam selama 24 jam agar segera dilakukan tes darah guna memastikan penyakit DBD.

 

“Kalau anaknya mengalami demam tinggi, para orang tua sebaiknya segera memeriksakan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik maupun rumah sakit, agar tidak terlambat penanganan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement