REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Selayang ingatan kembali tertuju pada sebuah tagline iklan 'Sumber Air Su Dekat' yang pernah nge-hits di layar televisi masyarakat Indonesia. Ya, sumber air bersih itu sekarang sudah mendekat buat warga Dusun Seriwe, Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bak datangnya gadis impian yang telah lama dinanti, begitu juga kiranya dengan kehadiran teknologi desalinasi di Dusun Seriwe. Teknologi ini hadir sebagai bagian dari program Desa Mandiri Energi yang digagas oeh Universitas Darma Persada Jakarta di Dusun Seriwe. (Baca: Mengintip 'Kehidupan Baru' di Dusun Seriwe)
Dr Aep Saepul Uyun, salah satu staf pengajar Unsada yang juga menjadi tenaga mentoring di Dusun Seriwe, menjelaskan teknologi desalinasi ini merupakan cara untuk mengolah air laut menjadi air bersih. Teknologi ini menggunakan sistem Reverse Osmosis (RO) yang menyaring air laut menjadi air tawar serta memanfaatkan sistem ultra violet yang bermanfaat membunuh bakteri pada air yang disaring.
''Jadi air yang kita hasilkan di sini tidak hanya sebatas menjadi air bersih saja, melainkan membuatnya menjadi air yang bisa langsung diminum,'' katanya.
Aep mengaku teknologi desalinasi ini sebenarnya bukanlah hal baru dalam temuan dunia akademik. Namun khusus di Dusun Seriwe, pihaknya memanfaatkan energi matahari dan angin sebagai sumber bagi penggerak mesin desalinasi.
''Kami memanfaatkan energi matahari dan angin karena di dusun ini masih mengalami kekurangan asupan tenaga listrik yang stabil. Selain itu ketersediaan angin dan matahari di sini sangat berlimpah,'' jelasnya.
Ketika Republika.co.id berkunjung ke Dusun Seriwe, Senin (18/4), ternyata krisis listrik di dusun ini tengah terjadi. Asupan listrik PLN tak mengalir. Namun demikian tak membuat mesin desalinasi menjadi terhenti beroperasi.
Aep mengatakan mesin desalinasi ini dapat beroperasi selama 10 jam nonstop. Untuk menjalankan mesin tersebut, Aep mampu memanfaatkan sumber energi matahari dan angin untuk beroperasi selama 4-6 jam. Sisanya, ia mengaku, masih membutuhkan suplai listri dari PLN.
Ia juga menjelaskan untuk suplai listri dari tenaga matahari ini mampu menyumbang 3,3 kilowatt. Energi listri dari matahari itu di dapat dari solar panel yang ditempatkan di atas bangunan. Sedangkan dari turbin energi angin dapat dihasilkan 500 watt listrik.
Dalam pilot project ini, Aep mampu memproduksi 2,5 liter air bersih untuk satu mesin dalam satu menit. Sedangkan mesin yang disediakan di Seriwe, kata dia, ada dua mesin penggerak. ''Jadi dalam satu menit itu kita bisa menghasilkan lima liter air bersih dan selama 10 jam beroperasi maka bisa tersedia 50 liter air bersih,'' jelasnya.
Aep mengatakan mesin desalinasi ini dapat beroperasi setiap hari hingga 1,5 tahun hingga 2 tahun. Untuk perawatannya, ia memberikan tanggungjawab pengelolaan kepada Koperasi Cottoni. Anggota dari koperasi ini adalah warga di dusun Seriwe.
''Selama ini kebutuhan paling utama di sini adalah air bersih. Kami sangat bersyukur, air bersih sekarang sudah bisa kami dapatkan dengan mesin ini,'' kata Syaifuddin, ketua Koperasi Cottoni.
Selama ini, Syaifuddin mengaku, warga sekitar untuk mendapatkan air bersih harus dengan membeli dari pihak luar. Harga per galon air bersih itu sebesar Rp 2 ribu. Air tersebut biasanya digunakan untuk minum dan memasak.
Lebih lanjut Syaifuddin mengatakan kebutuhan air bersih ini juga diperlukan untuk pengolahan rumput laut yang menjadi produk unggulan dari Dusun Seriwe. ''Jadi dengan adanya mesin ini kami bisa lebih menghemat kebutuhan air bersih sekaligus juga bisa digunakan untuk mengolah rumput laut,'' ujarnya.