Kamis 14 Apr 2016 19:15 WIB

Pengamat: Jakarta Harus Tiru Surabaya, Brasil, dan Jepang

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Foto udara pembangunan reklamasi pulau C dan D di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Rabu (6/4).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Foto udara pembangunan reklamasi pulau C dan D di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Rabu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek reklamasi Teluk Jakarta dinilai akan memberi dampak negatif terhadap lingkungan secara luas. Hal ini termasuk pada lingkungan sosial, yaitu masyarakat yang menetap dan memiliki mata pencaharian di kawasan tersebut. 

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga mengatakan warga di kawasan Pantai Utara yang paling trekna dampak negatif reklamasi adalah para nelayan. Dengan pembuatan pulau-pulau tersebut, ekosistem di dalam laut dapat berubah yang pada akhirnya membuat nelayan akan kesulitan mencari nafkah. 

Belum lagi, para nelayan yang kehilangan tempat tinggal tak dapat digantikan begitu saja dengan relokasi ke rusunawa. Menurut Nirwono, seharusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mempertimbangkan terlebih dahulu, apakah hal itu sesuai untuk dilakukan dan bagaimana dengan kehidupan nelayan ke depannya. 

"Seharusnya kan didengarkan dulu nelayan perlunya apa sekarang, apa reklamasi? Justru yang diperlukan kan revitalisasi kampung nelayan agar mereka sejahtera," ujar Nirwono kepada Republika, Kamis (14/4). 

Nirwono menuturkan, kampung nelayan yang ada di Pantai Utara Jakarta layak direvitalisasi seperti yang dilakukan di Kenjeran, Surabaya atau bahkan Favela di Brasil. Dengan ditata rapi, nelayan dapat hidup dengan layak dan mencari nafkah lebih mudah.

"Bisa juga kawasan pesisir Jakarta dibuat seperti Jepang, di mana ada reklamasi tapi itu bukan dibuat pulau baru, tapi ditambah daratannya agar dermaga lebih luas serta tempat pelelangan ikan juga jadi besar," jelas Nirwono. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement