Kamis 14 Apr 2016 16:30 WIB

Sosok Santoso di Mata BNPT

Rep: C25/ Red: Ilham
Deputi Pencegahan BNPT Brigjen Hamidin.
Foto: Ist
Deputi Pencegahan BNPT Brigjen Hamidin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan, Santoso bukanlah nama yang besar di dunia terorisme. BNPT malah menyalahkan media yang membesarkan nama Santoso.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Hamidin menekankan, Santoso cs bukan sosok orang-orang yang bisa dikaitkan dengan Islam. Sebab, mereka jauh dari kegiatan-kegiatan keagamaan.

"Kalau ada proses glorifikasi, orang itu jadi besar, dia (Santoso) itu bukan siapa-siapa," kata Hamidin, Kamis (12/4).

Ia mengungkapkan, Santoso yang sampai saat ini belum berhasil terangkap, pada masa lalu pernah ditangkap oleh Kepala BNPT Komjen Tito Karnavian sekitar awal tahun 2000. Sementara, Hamidin mengaku pernah menangkap tangan kanan dari Santoso bernama Basri, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Bagong.

Hamidin manambahkan, sosok Santoson cs sama sekali tidak mencerminkan selayaknya orang-orang yang taat beribadah. Bahkan beberapa memiliki tato. Ia pun heran kalau sosok-sosok itu yang dijadikan pimpinan kelompok, terlebih mengatasnamakan diri sebagai kelompok Islam atau bahkan pejuang Islam.

Ia malah menyalahkan media di Indonesia yang melakukan glorifikasi dan membuat sosok Santoso seakan menjadi besar. Hamidin malah membanggakan Undang-undang media asing, padahal semua orang tahu label Islam sebagai teroris adalah propaganda media asing.

"Glorifikasi itu media memegang peran, sayangnya undang-undang media kita tidak seperti di luar," kata Hamidin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement