REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek reklamasi Teluk Jakarta dinilai memberi dampak negatif terhadap lingkungan secara luas. Sejumlah masalah akan timbul dan pada akhirnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat Ibu Kota.
Tak terkecuali dengan orang-orang yang akan menempati 17 pulau hasil reklamasi tersebut. Seperti diketahui, di atas pulau buatan itu akan dibangun hunian apartemen, serta banguna-bangunan lainnya yang menunjang kehidupan di dalamnya.
Pengamat Lingkungan Hidup dari Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono mengatakan orang-orang yang nantinya tinggal di atas pulau reklamasi sebenarnya kesulitan untuk mendapatkan air bersih, sebagai sumber kehidupan mereka. Menurutnya, tidak mungkin untuk mengambil air tanah, dari pulau buatan tersebut, kecuali air yang terkontaminasi dengan laut dan tak layak digunakan manusia.
"Satu-satunya cara yang bisa dilakukan itu dengan menggunakan teknologi reverse osmosis yang berfungsi untuk desalinasi air laut dan harganya sangat mahal. Saya melihat tidak mungkin rasanya diterapkan teknologi ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih di atas pulau reklamasi," ujar Tarsoen, Jumat (8/4).
Selain itu, Tarsoen menjelaskan reklamasi di Teluk Jakarta memang belum ideal dilakukan saat ini, mengingat banyaknya aspek lingkungan yang belum dipenuhi. Beberapa aspek lingkungan tersebut seperti kemungkinan hilangnya mangrove di kawasan tersebut.
"Kalau mangrove sudah hilang, banyak sekali yang terganggu mulai dari menahan arus air laut ke daratan dan menjaga ekosistem biota laut, yang menjadi mata pencaharian para nelayan di wilayah tersebut," jelas Tarsoen.